Untuk memaksimalkan peran lembaga penyiaran dalam mitigasi tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beserta Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana menerbitkan Buku Panduan Informasi Peringatan Dini Tsunami.
Buku ini berisi sejumlah hal, mulai dari mekanisme peringatan dini tsunami, cara membaca dan meneruskan data gempa berpotensi tsunami, format stop press peringatan dini, hingga nomor kontak terkini pakar gempa-tsunami dan lembaga penanganan bencana di daerah.
”Stasiun televisi wajib menayangkan breaking news peringatan tsunami yang dikirim oleh BMKG. Sinergi ini sangat kami harapkan karena mereka memiliki akses informasi cepat dan langsung di daerah,” kata Kepala BMKG Pusat Sri Woro Harijono dalam peluncuran buku panduan itu, Selasa (12/7) di Jakarta.
Ia menambahkan, kecepatan pengiriman informasi gempa dan ancaman tsunami oleh BMKG antara 4 dan 5 menit. Dalam waktu paling lambat 10 menit, data rinci berisi ancaman tsunami lengkap dengan perkiraan waktu tibanya gelombang di pantai sudah dapat disebarluaskan ke media dan pemerintah daerah.
BMKG memiliki perangkat warning receiver system (WRS), yaitu sistem informasi yang terintegrasi di sejumlah stasiun televisi nasional. Piranti ini berisi data real time mengenai gempa dan tsunami. Data dari piranti ini otomatis menyebar ke stasiun televisi setelah peringatan dini dikeluarkan BMKG.
Dari hasil evaluasi, masih sangat sedikit stasiun televisi nasional yang memberikan ”ruang” untuk menyampaikan peringatan dini tsunami. Padahal, Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Swasta mewajibkan.
Kecepatan waktu penyampaian informasi sangat penting mengingat rata-rata interval waktu datangnya tsunami seusai gempa sangat singkat, 20-45 menit. ”Dalam kasus tertentu, misalnya di Mentawai, jedanya lebih singkat, yaitu 15 menit. Pasalnya, pulau ini dekat dengan pusat gempa,” kata dia.
Di Mentawai atau pulau-pulau kecil di sepanjang pesisir barat Sumatera, kata dia, kesiapsiagaan masyarakat sangat penting. ”Kalau terjadi gempa besar, semestinya tidak perlu menunggu peringatan dini. Lari saja ke tempat lebih tinggi,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI Iskandar Zulkarnaen.
Buku panduan ini mengadopsi hal sejenis di Amerika Serikat dan Jepang. Di Jepang, waktu penyampaian informasi jauh lebih cepat, yaitu 1-2 menit. Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Suhardjono, hal itu karena infrastruktur lebih baik. ”Seismograf di Jepang lebih dari 1.000 buah, di Indonesia hanya 160-an buah,” kata dia.
(JON)
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Sumber: Kompas.com
Tweet
http://www.blogger.com/img/blank.gif
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com











0 komentar:
Post a Comment