
Saya baru mendapat pengalaman yang bagus menurut saya, yaitu peta mental bagi remaja di era digital ternyata searah dengan perkembangannya.
Pada saat saya menjadi tim penyusunan buku upaya pengurangan risiko dikalangan remaja dengan basis di sekolah, saya menemukan pengalaman unik disaat para remaja diminta menggambarkan peta risiko wilayah sekolahnya berada. Biasanya mereka akan menggambarkannya diatas kertas, media yang umum tentunya dan pasti disediakan. Namun yang terjadi disini adalah, mereka menolak menggunakan kertas dan perangkatnya. Mereka ingin menggambar peta sekolah namun di komputer.
Seperti biasa, maka mereka saya persilahkan menggambarkan peta mental wilayah sekolahnya dengan menggunakan komputer.
Maka jadilah Ida Bagus dan Beny menggambar peta risiko di komputer, kebetulan dua orang ini bisa seni grafis.
Sebuah proses yang baru kali ini saya hadapi.
Peta yang mereka hasilkan tidak berbeda jauh dengan peta yang dibuat di atas kertas, hanya saja terlihat poligon, garis dan bentuk yang khas komputer.
Peta Sekolah yang dibuat mereka juga menggambarkan areal disekitar sekolah yang merupakan penyangga sekolah. Unsur-unsur peta yang ditampilkanpun cukup lengkap, dimana peta dasar, perumahan, hazard, kerentanan, tempat evakuasi, jalur evakuasi dan kapasitas tertampilkan, walaupun karena waktu akhirnya membuat peta itu tidak lengkap, dimana nama jalan dan sungai serta judul belum dicantumkan. Terlihat adanya sungai yang melintas di dekat sekolah, juga tempat yang pasti sering dikunjungi mereka, yaitu tempat foto kopi dan juga warteg sebagai tempat pertolongan bila laper yah? Serta lokasi yang menyeramkan bagi mereka, yaitu tempat seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas yang sering menimpa rekan-rekan mereka, yaitu di depan gedung pertamina. Oh yah sekolah ini adalah SMA di bali.
Memang, waktu menggambarkan peta dengan digital pasti membutuhkan waktu yang lebih lama debandingkan dengan yang konvensional.
Jadi, paling tidak, saat ini saya sudah menemui tiga media pembuatan peta mental yang dilakukan oleh remaja/anak-anak, yaitu media tanah dan tumbuhan serta bebatuan, media kertas dan alat tulis, dan yang terakhir media komputer.
Dunia digital memang semakin akrab dan mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita.











0 komentar:
Post a Comment