24.11.08
GPS, Alat Pemandu Akurat dan Terukur
Muncul pertama kali sebagai sarana untuk survei dan pemetaan, keberadaan satelit pemandu ini telah mendorong pembuatan alat penerima global positioning system (GPS) sebagai produk komersial, yang dicari sebagai penunjuk lokasi dan pemandu arah untuk tujuan rekreasi.
Bila Anda ingin lebih cepat sampai ke tempat yang dituju tanpa harus bertanya ke sana kemari, maka alat GPS yang dimuati peta elektronis daerah tujuan Anda memang merupakan sarana yang tepat. Begitu pula dengan membawa GPS ke mana pun melangkah, maka bila terjadi musibah dalam perjalanan, operator di stasiun pemantau akan segera melacak posisi Anda. Karena itu, tindakan penyelamatan dapat segera dilakukan.
Layanan jasa-jasa ini dapat berlangsung karena ada dua sarana yang bekerja, selain alat GPS yang kita miliki. Pertama adalah 21 satelit navigasi GPS milik AS yang beroperasi di sekeliling Bumi ini, yakni pada ketinggian 20.200 km dari muka Bumi. Selain itu, ada stasiun bumi sebagai pengontrol gerak satelit, yaitu di pulau-pulau di Samudra Atlantik; Samudra Hindia; Samudra Pasifik; dan di Colorado Springs, AS.
Dengan dua sarana ini, pemakai yang memiliki alat penerima sinyal dari satelit GPS dapat terbantu untuk mencari posisi di muka Bumi secara cuma-cuma. Adapun untuk tujuan pemantauan armada angkutan, operator di stasiun pusat perusahaan angkutan itu dapat mengetahui keberadaan armadanya di mana pun.
Ini dimungkinkan karena pada alat penerima sinyal GPS yang dibawa kendaraan itu juga terpasang antena radio. Antena itu mengeluarkan sinyal gelombang radio pada frekuensi yang telah ditetapkan. Jasa ini antara lain telah diterapkan perusahaan taksi Blue Bird di Jakarta.
Saat ini kita dapat menjumpai berbagai ukuran alat penerima GPS. Untuk berbagai keperluan, seperti yang ditampilkan dalam Pameran Teknologi Survei dan Pemetaan di Jakarta Convention Center, 23-27 Agustus 2006. Produk itu mulai dari yang seukuran laptop hingga yang sekecil telepon selular.
GPS yang seukuran laptop dipasang pada kapal laut untuk memandu agar tetap di jalurnya. Karena memiliki jalur dan tujuan yang tetap, koordinat jelajah dan tujuan akhir kapal diplot pada peta digital GPS. Karena itu, dengan memasang sistem kendali navigasi otomatis, wahana itu dapat berjalan sendiri tanpa campur tangan nakhoda.
Selain GPS yang berukuran besar, ditampilkan pula berbagai peranti GPS yang lebih kecil, dari yang seukuran telepon selular hingga jam tangan yang mudah dibawa-bawa. Untuk memiliki alat GPS sebesar ponsel itu diperlukan dana Rp 4 juta.
Peta elektronik
Ini belum termasuk peta elektronik jaringan jalan. Untuk peta elektronik Kota Jakarta misalnya, dijual dengan harga Rp 1 juta. Pengisian file itu harus dilakukan petugas di dealer penjualan GPS, karena belum dapat diisi sendiri oleh pengguna.
Upaya pengembangan aplikasi GPS dirintis industri swasta di Indonesia dengan membuat peta digital jalan. Khusus peta digital Kota Jakarta dan Bandung mengacu pada atlas yang disusun oleh Gunther W Holtorf. Namun, tingkat kesalahannya dalam menunjukkan lokasi masih berkisar 5-15 meter. Kekurangtelitian ini disebabkan penggunaan data geometri yang belum mengacu pada standar internasional.
Mengatasi hal ini, Kepala Badan Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W Matindas menyarankan agar dalam pembuatan peta jalan di perkotaan berskala lebih besar menggunakan acuan peta dasar digital yang mereka buat.
"Pembuatan peta dasar oleh Bakosurtanal sejak 1995 itu telah mengacu pada georeferensi GPS (WGS84) yang dianut di tingkat internasional. Saat ini sebenarnya telah ada perusahaan asing yang meminta data itu untuk pembuatan peta tracking GPS di empat kota, yaitu Jakarta, Surabaya, Semarang, Yogyakarta," ujar Rudolf W Matindas.
Hanya saja, kata Cecep Subarya—Kepala Bidang Geodinamika Bakosurtanal—menam bahkan, peta digital dasar yang tersedia di Bakosurtanal itu masih terbatas untuk wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Peta berskala 1:25.000 ini disusun dengan survei foto udara.
Untuk aplikasi di perkotaan perlu dikembangkan peta berskala lebih besar lagi, yaitu 1: 1.000 hingga 1:500. Ini memerlukan survei di lapangan dengan menggunakan GPS pada penetapan koordinat yang lebih detail untuk jaringan jalan yang lebih kecil hingga ke gang-gang.
Koreksi terhadap penunjukan posisi oleh peta digital, tambah Cecep, dapat dilakukan juga dengan menambah antena GPS. Saat ini, di Indonesia baru ada 42 antena. Jumlah ini akan menjadi 82 pada tahun 2009, berkaitan dengan pembangunan Tsunami Early Warning System. Pada tahun ini akan dibangun 10 antena GPS di selatan Jawa Barat dan Selat Sunda.
Di beberapa negara, dengan adanya peta digital yang lengkap dan jaringan antena GPS yang rapat, masyarakatnya telah memanfaatkannya untuk berbagai kegiatan rekreasi, seperti mendaki gunung, reli mobil dan sepeda, serta lomba perahu layar.
Di Eropa misalnya, sejak tahun 2000 semua kendaraan telah dilengkapi alat GPS untuk navigator otomatis. Karena itu, peta digital yang tersimpan dalam flash disk telah dijual secara luas, seperti layaknya kartu pulsa telepon. Pengguna tinggal menancapkan flash disk pada unit penerima GPS.
Menurut Cecep, prospek aplikasi GPS non-militer saat ini memang sangat cerah. Hal ini sejalan dengan tercapainya kesepakatan antara Rusia dan Amerika Serikat dalam mensinergikan sistem GPS yang telah beroperasi penuh sejak tahun 1993 dan sistem satelit navigasi Glosnas milik Rusia yang dulunya untuk tujuan militer.
Mitigasi bencana
Selain dua sistem satelit itu Eropa juga akan meluncurkan sistem navigasi yang diberi nama Galileo. Peluncuran satelit pertama akan dilaksanakan akhir tahun 2006.
Menurut rencana, Galileo yang terdiri atas 30 satelit itu akan beroperasi penuh pada 2012. Dengan banyaknya satelit navigasi, penerimaan sinyal satelit dapat dilakukan di celah gedung bertingkat, bahkan di dalam ruangan.
Penerapan GPS tak hanya untuk navigasi transportasi, tetapi juga digunakan untuk memantau gempa dan gunung berapi. Di sepanjang sesar Sumatera misalnya, dilakukan penelitian gerakan kerak bumi berdasarkan pengamatan posisi pilar dengan menggunakan satelit GPS.
Pengukuran GPS dilakukan di titik kontrol geodesi (triangulasi) yang dibangun Belanda untuk pemetaan sejak 1880 hingga 1930. Dengan membandingkan kondisi saat ini dengan 100 tahun lalu dapat memberikan indikasi siklus gempa, serta untuk mengetahui daerah rawan gempa sepanjang zona sesar.
Sementara itu, ITB bekerja sama dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan pemantauan gunung berapi di Indonesia. Sejak 1997, jelas Ketua Kelompok Keilmuan Geodesi ITB Hasanuddin Z Abidin, timnya telah melakukan pengukuran antara lain di Gunung Krakatau, Galunggung, Tanggkuban Perahu, Kelud, dan Bromo. Penelitian bertujuan untuk melihat deformasi kubah akibat naiknya magma. Dengan demikian dapat diketahui tingkat ancaman letusan gunung berapi untuk tujuan mitigasi.
Penerapan GPS untuk survei dan pemetaan dilakukan Bakosurtanal antara lain untuk pengadaan jaring titik kerangka pemetaan nasional. Sementara instansi lain, sebutlah seperti Departemen PU, Departemen Kehutanan, dan Badan Pertanahan Nasional, menggunakannya untuk memonitor deformasi bendungan, dan penentuan batas persil tanah dan kawasan hutan.
Dari:
http://www.bakosurtanal.go.id/upl_images/reportaseIGTE/GPS,%20Alat%20Pemandu%20Akurat%20dan%20Terukur%20-%20Rabu,%2030%20Agustus%202006.htm
Another Articles
Post Groups
Ready to Download
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx
Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS
Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana
Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS
Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD
Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana
Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Hazard
Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Isian
Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif
Bab 2: GPS
Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana
Bab 4: Analisa Data
Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI
Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi
Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource
Bab 6: Google Earth
Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko
Ready Downloaded List: Mapping Software
Google Earth Versi 6.2
Unggah Google Earth versi terbaru
Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3
Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya
Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda
Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya











0 komentar:
Post a Comment