Slider-1-Title-Here

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim.

Slider-2-Title-Here

In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus. Vivamus elementum semper nisi. Aenean vulputate eleifend tellus. Aenean leo ligula, porttitor eu, consequat vitae, eleifend ac, enim. Aliquam lorem ante, dapibus in, viverra quis, feugiat a, tellus. Phasellus viverra nulla ut metus varius laoreet.

Slider-3-Title-Here

Aenean imperdiet. Etiam ultricies nisi vel augue. Curabitur ullamcorper ultricies nisi. Nam eget dui. Etiam rhoncus. Maecenas tempus, tellus eget condimentum rhoncus, sem quam semper libero, sit amet adipiscing sem neque sed ipsum. Nam quam nunc, blandit vel, luctus pulvinar, hendrerit id, lorem.

Slider-4-Title-Here

dui quis mi consectetuer lacinia. Nam pretium turpis et arcu. Duis arcu tortor, suscipit eget, imperdiet nec, imperdiet iaculis, ipsum. Sed aliquam ultrices mauris. Integer ante arcu, accumsan a, consectetuer eget, posuere ut, mauris. Praesent adipiscing. Phasellus ullamcorper ipsum rutrum nunc. Nunc nonummy metus. Vestibulum volutpat pretium libero. Cras id dui.

Slider-5-Title-Here

Aenean tellus metus, bibendum sed, posuere ac, mattis non, nunc. Vestibulum fringilla pede sit amet augue. In turpis. Pellentesque posuere. Praesent turpis. Aenean posuere, tortor sed cursus feugiat, nunc augue blandit nunc, eu sollicitudin urna dolor sagittis lacus.

20.10.09

Serbuan Gempa & Kewaspadaan

Sebuah gempa kuat meletup tepat pada Jumat sore, 16 Oktober 2009 pukul 16:52 WIB. Data dari USGS National Earthquake Center menyebut magnitudenya Mw 6,1 skala magnitudo dengan kedalaman sumber 50,6 km di bawah pulau Panaitan. Sebuah pulau gunung api yang telah mati dengan kaldera besarnya (yang diameternya lebih kurang 10 km) membuka ke selatan yang terletak di lepas pantai Semenanjung Ujungkulon.

Gempa melepaskan energi sebesar 21 kiloton TNT atau sama dengan energi yang dihasilkan ledakan bom nuklir Hiroshima. Getaran gempa menjalar hingga sejauh 484 km dari episentrum. Atau hingga mencapai kota Cilacap di sebelah timur serta Palembang dan Bengkulu di utara. Namun, getaran yang benar-benar bisa dirasakan manusia (yakni pada intensitas 3 MMI) sebenarnya hanya menjalar hingga 230 km dari episentrum.

Dilihat dari kedalaman sumbernya gempa ini sebenarnya dihasilkan dari patahnya bagian lempeng Australia di kawasan Selat Sunda yang sudah menukik ke dalam mantel Bumi setelah melewati batas pertemuan (zona subduksi) dengan lempeng Sunda yang menjadi dasar berdirinya Kepulauan Indonesia bagian barat. Bagian yang patah itu luasnya sekitar 20 x 10 km persegi. Bukan hanya patah saja bagian tersebut kemudian bergeser naik miring ke atas sejauh 30 cm.

Nah, gempa yang 'cuma' dihasilkan dari patahnya lempeng Australia ini secara teknis disebut gempa dalam lempeng alias gempa intraplate. Kosa kata gempa intraplate melejit belakangan ini tatkala hampir 2 bulan silam kawasan Jawa Barat bagian selatan diguncang oleh gempa kuat dengan Mw 7,0 skala magnitudo. Dan, belum lepas dari ingatan kita betapa Padang dan sekitarnya diharubirukan oleh gempa kuat dengan Mw 7,6 skala magnitudo yang ternyata juga jenis gempa intraplate.

Jauh hari sebelumnya kita pun pernah dikejutkan oleh gempa intraplate yang lain. Tepatnya pada 9 Agustus 2007 dengan Mw 7,5 skala magnitudo yang bersumber pada kedalaman 290 km di Laut Jawa lepas pantai Indramayu.

Mengapa belakangan ini sering muncul gempa intraplate di Indonesia? Jawabannya belum diketahui. Jangankan sumber gempa yang cukup dalam dan tersembunyi. Sumber gempa yang nampak di permukaan bumi pun seperti zona-zona subduksi dan patahan-patahan aktif di sekujur Kepulauan Indonesia pun belum banyak diketahui meskipun 60% pusat pemukiman penduduk di negeri ini berdiri di atas daerah patahan.

Bumi ini dan lebih khusus lagi Kepulauan Indonesia memiliki dinamikanya yang tersendiri. Dan, salah satu produknya adalah gempa yang jadwal waktunya tidak berkelit berkelindan dengan jadwal waktu ala manusia. Tunggu tunggu tunggu dan tiba-tiba drrrrr.

Ilmu pergempaan sudah seabad lebih bergumul dengan teori dislokasi elastik untuk mengkaji sifat-sifat sumber gempa dan sekaligus memprediksi kapan penumpukan tekanan dalam suatu sumber gempa akan melampaui batas daya tahan batuan di tempat tersebut. Namun, sebagian seismolog belakangan mengakui bahwa waktu terjadinya gempa di satu sumber lebih sering bersifat acak (random) dan cenderung berkelompok (cluster) pada selang waktu tertentu ketimbang mengikuti jadwal waktu ala teori dislokasi elastik.

Makanya meramal waktu kejadian gempa adalah nonsense dalam pengetahuan masa kini. Bila kita sering dihebohkan dengan isu akan munculnya gempa besar dalam magnitude tertentu dalam waktu tertentu, seperti yang telah menciutkan ribuan orang di Banten, Lampung, Surabaya, dan Bantul beberapa waktu lalu, sekali lagi itu adalah nonsense.

Ketidakmungkinan manusia memprediksikan waktu kejadian sebuah gempa dengan hasil yang akurat sebagaimana kita memprediksikan cuaca membuat kesiapsiagaan terhadap gempa merupakan hal esensial yang harus dilakukan secara terus-menerus. Bukan sekedar hangat-hangat tahi ayam.

Gempa Ujungkulon lalu, secara teoritis, hanya menghasilkan guncangan maksimum sebesar 6 MMI saja, yang getarannya baru dalam taraf sanggup meretakkan bangunan. Namun, belum merubuhkannya. Dan guncangan 6 MMI ini sejatinya hanya terasakan di kawasan Taman Nasional Ujungkulon. Namun, gempa yang 'ringan' ini, semoga menjadi pembuka mata hati kita bahwa kewaspadaan terhadap gempa adalah keniscayaan. Bahwa bumi terus bergerak di dalam sana dengan segala tingkah laku yang belum sepenuhnya kita pahami. Namun, getarannya sudah terlalu sering kita rasakan▲

Ma'rufin Sudibyo
Jl Nanas C-4 Jadimulya Cirebon
marufins@yahoo.com
0817727823


Tulisan ini dimuat di www.detik.com

Komentar? Klik Disini

0 komentar:

Post a Comment

Another Articles

Ready to Download

Silahkan Unduh Manual dibawah ini, bila dijadikan referensi mohon dicantumkan sumbernya.

Manual Mahir Memanfaatkan Peta Navigasi.net untuk Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series


Manual Mahir Garmin Map 76 CSx dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx


Manual Garmin HCx untuk Pemetaan Risiko Bencana

Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS


Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana

Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS

Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD


Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana

Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Hazard

Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Isian

Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI




Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif

Bab 2: GPS

Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana


Bab 4: Analisa Data

Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI


Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi

Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource


Bab 6: Google Earth

Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko

Ready Downloaded List: Mapping Software

Download Google Earth
Google Earth Versi 6.2

Unggah Google Earth versi terbaru



Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3

Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya



Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda

Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya

Reader