Slider-1-Title-Here

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim.

Slider-2-Title-Here

In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus. Vivamus elementum semper nisi. Aenean vulputate eleifend tellus. Aenean leo ligula, porttitor eu, consequat vitae, eleifend ac, enim. Aliquam lorem ante, dapibus in, viverra quis, feugiat a, tellus. Phasellus viverra nulla ut metus varius laoreet.

Slider-3-Title-Here

Aenean imperdiet. Etiam ultricies nisi vel augue. Curabitur ullamcorper ultricies nisi. Nam eget dui. Etiam rhoncus. Maecenas tempus, tellus eget condimentum rhoncus, sem quam semper libero, sit amet adipiscing sem neque sed ipsum. Nam quam nunc, blandit vel, luctus pulvinar, hendrerit id, lorem.

Slider-4-Title-Here

dui quis mi consectetuer lacinia. Nam pretium turpis et arcu. Duis arcu tortor, suscipit eget, imperdiet nec, imperdiet iaculis, ipsum. Sed aliquam ultrices mauris. Integer ante arcu, accumsan a, consectetuer eget, posuere ut, mauris. Praesent adipiscing. Phasellus ullamcorper ipsum rutrum nunc. Nunc nonummy metus. Vestibulum volutpat pretium libero. Cras id dui.

Slider-5-Title-Here

Aenean tellus metus, bibendum sed, posuere ac, mattis non, nunc. Vestibulum fringilla pede sit amet augue. In turpis. Pellentesque posuere. Praesent turpis. Aenean posuere, tortor sed cursus feugiat, nunc augue blandit nunc, eu sollicitudin urna dolor sagittis lacus.

7.8.08

Pemetaan Partisipatif di Daerah Urban (Urban Participatory Mapping)

Jakarta, sebagai sebuah kota, sedemikian pesat perkembangannya. Penataan lahan yang buruk menyebabkan kota Jakarta terkesan sebagai Desa/Kampung Besar. Banjir, kebakaran, wabah penyakit adalah ancaman yang umum mendera Jakarta.


Bayangkan, Jakarta sebagai kota besar No.1 di Indonesia harus menyerah kalah pada banjir. Bila banjir datang, jakarta tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai kota, kemacetan terjadi karena jalan-jalan tergenang air. Sehingga menggangu perekonomian dan pelayanan publik.


TANTANGAN DAN TIPS PEMETAAN RISIKO DI DAERAH PERKOTAAN
Memetakan risiko didaerah perkotaan memiliki tantangan tersendiri dalam pelaksanaannya, diantaranya adalah:
  1. Sukar memetakan batas area (RT, RW dan terkadang juga Kelurahan), karena misalnya rumah berdempetan namun sudah berbeda RT.
  2. Kerapatan perumahan yang sangat tinggi mengakibatkan GPS kesulitan mendapatkan sinyal. Dari berbagai pengalaman pemetaan di Jakarta, GPS Garmin tipe E-Trex Vista sulit mendapatkan sinyal. Juga GPS Garmin tipe Legend.
  3. Satu rumah namun lebih dari satu KK.
  4. Satu bangunan rumah dan bertingkat, namun dipetak-petakkan yang berisi keluarga (KK) yang berbeda, biasanya karena dikontrakkan atau dibuat kos-kosan (per kamar).
  5. Satu bangunan bertingkat dijadikan tempat usaha dan toko yang beraneka jenis. Lantai satu toko kelontong dan lantai dua dijadikan salon dan warung internet (warnet) dan juga sekaligus sebagai tempat tinggal.
  6. Terdapat rumah susun.
  7. Terdapat lorong-lorong kecil, jalan alternatif (jalan tikus), jalan buntu dan terdapat atap rumah satu dengan yang lainnya menjadi satu hingga tertutup, hal ini mempengaruhi sinyal GPS.
  8. Banyaknya aliran air (got) yang terputus dikarenakan telah tertutup.
  9. Adanya pabrik yang berada didekat atau di pemukiman masyarakat.
  10. Adanya perubahan fungsi fasum digunakan untuk pribadi.
  11. Ada masyarakat yang areanya tidak mau dipetakan karena alasan-alasan tertentu, seperti yang terjadi disalah satu RW di satu Kelurahan di Jakarta Barat. Ancaman bahkan dengan menggunakan senjata, agar daerahnya tidak dipetakan.
  12. Issue penggusuran. Penggunaan GPS (pemetaan risiko) bila tidak disosialisasikan terlebih dahulu kepada masyarakat luas akan membuat masyarakat khawatir daerahnya akan digusur.

Sedangkan untuk partisipasi masyarakat tidaklah menjadi masalah. Memang ada mitos yang mengatakan bahwa warga Jakarta akan sulit diajak kerja sukarela atau berpartispasi dalam kegiatan. Kenyataannya kegiatan ini bisa dilaksanakan dengan baik. Kuncinya? Jelaskan program atau kegiatan dengan jujur dan libatkan secara aktif masyarakat.
Warga Jakarta, baik penduduk asli (baca Betawi) atau pendatang, pada dasarnya adalah masyarakat sosial yang berasal dari kesukuan yang sama, Melayu. Sehingga dasar-dasar kerjasama (gotong royong) masih tetap ada dalam kehidupan mereka. Tinggal kita gali dengan rutin dan menggunakan pendekatan yang umum dan bisa diterima di masyarakat.



Tips berikut akan membantu anda memetakan risiko di perkotaan.
Tips ini berdasarkan pengalaman pemetaan di daerah urban di Jakarta, yaitu Kelurahan Kedaung Kali Angke dan Rawa Buaya, Jakarta Barat dan Kelurahan Bidara Cina dan Cawang, Jakarta Timur.
  1. Sosialisasi yang benar terhadap pelaksanaan dan tujuan pemetaan risiko adalah hal yang tidak boleh dikesampingkan atau dijadikan prioritas bawah.
  2. Libatkan partisipasi masyarakat sejak awal sampai akhir (Perencanaan dan Evaluasi).
  3. Menggunakan GPS Garmin tipe eTrex Cx atau HCx akan sedikit membantu, karena tipe ini sangat kuat dalam hal sinyal GPS. Juga perhatikan: (a). Walaupun sudah Ready to Navigate, GPS jangan langsung digunakan. Tunggu dulu beberapa menit untuk memperkuat ikatan sinyal dengan GPS yang digunakan. (b). Kalibrasi kompas GPS yang digunakan. Untuk semua jenis GPS yang digunakan (Garmin tipe eTrex Vista maupun eTrex Cx dan HCx).
  4. Gunakan Google Earth untuk persiapan/perencanaan pemetaan dan checking data yang didapat dari lapangan.
  5. Izin pemetaan dari pihak terkait sangat dibutuhkan, termasuk pendekatan terhadap pemimpin dan non-formal (berdasarkan asal daerah, kesamaan mata pencaharian – pedagang buah segar, ikan asin, dll. Juga terkadang berdasarkan partai politik atau organisasi-organisasi kepemudaan).
  6. Jangan paksakan pemetaan pada daerah dimana masyarakatnya menolak atau keselamatan tim terancam, walaupun itu masuk dalam daerah program. Tim pemetaan di Jakarta Barat mengalami hal ini, dimana ada satu RW yang tidak bersedia dipetakan. Mereka tidak memberika alasan dengan jelas, hanya ada rumor warga disana adalah mereka yang terkait dengan peredaran barang terlarang sehingga mereka khawatir setelah di petakan daerahnya akan di "grebek".
  7. Perhitungkan waktu pemetaan dengan besar area dan jumlah penduduk yang akan dipetakan. Karena bisa jadi waktu pemetaan di daerah urban akan membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan. Biasanya terkait dengan jumlah penduduk dan data untuk peta dasar. (Ujang dan Taufik).
____________________________________________________________________
Akhir dari Posting ini

0 komentar:

Post a Comment

Another Articles

Ready to Download

Silahkan Unduh Manual dibawah ini, bila dijadikan referensi mohon dicantumkan sumbernya.

Manual Mahir Memanfaatkan Peta Navigasi.net untuk Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series


Manual Mahir Garmin Map 76 CSx dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx


Manual Garmin HCx untuk Pemetaan Risiko Bencana

Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS


Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana

Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS

Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD


Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana

Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Hazard

Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Isian

Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI




Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif

Bab 2: GPS

Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana


Bab 4: Analisa Data

Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI


Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi

Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource


Bab 6: Google Earth

Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko

Ready Downloaded List: Mapping Software

Download Google Earth
Google Earth Versi 6.2

Unggah Google Earth versi terbaru



Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3

Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya



Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda

Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya

Reader