Dari sopannya media Jepang menyajikan berita, namun tetap menyampaikan esensi berita sampai kepasrahan sekelompok masyarakat terhadap upaya pengurangan risiko bencana atau kesipasiagaan terhadap bencana.
Dari banyak komentar terhadap pemberitaan gempa dan tsunami (diikuti bahaya radiasi nuklir) tidak sedikit yang mengatakan (memang tidak secara langsung, namun tersirat) Tuhan tidak mau disaingi oleh teknologi yang dikembangkan manusia dalam upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.
Dalam komentar itu disampaikan bahwa manusia tidak bisa menyaingi Tuhan, karena Tuhan akan menghakimi kesombongan manusia itu, contohnya gempa di Jepang, sehebat apapun teknologi Jepang untuk mengurangi risiko bencana toh tetap saja luluh lantak.
Namun, apakah Tuhan merasa tersaingi dengan upaya manusia mengurangi risiko bencana?
Apakah Tuhan ingin menonjolkan kedigdayaannya terhadap manusia yang menggunakan ilmu pengetahuannya?
Apakah Tuhan nanti mati bila upaya pengurangan dan kesiapsiagaan bencana mampu mengurangi korban?
Bila jawabannya iya, betapa sombongnya Tuhan (walaupun dalam namanya terdapat kata sombong) terhadap ciptaannya yang diberi amanah mengelola bumi dan dibekali dengan pengetahuan agar manusia sebagai manajer mampu menjalankan perannya.
Tuhan, memberikan gempa dan tsunami serta radiasi nuklir di Jepang dan juga berimbas kenegara lain, tidak lain bertujuan agar manusia terus mengembangkan teknologi karena bahaya di bumi ini akan terus ada.
Kenapa Jepang? Negara yang paling baik dalam kesiapsiagaan gempa dan tsunami menjadi percontohan? Karena Negara Jepang adalah Negara yang saat ini paling siap dan paling baik dalam kesiapsiagaan gempa bumi dan tsunami, itu saja jawabannya.
Dengan latar belakang ini, Tuhan berharap manusia akan meningkatkan upaya menjaga kehidupan bermula dari Negara yang peduli terhadap nyawa manusia.
Jepang sudah menjadi contoh, pasca gempa besar yang melanda Kobe, Jepang mampu menjadi leader dalam manajemen bencana dan bahkan di Jepanglah Kerangka Kerja Hyogo Untuk Aksi Pengurangan Risiko di luncurkan.
Pasca gempa itu pula Jepang meningkatkan peraturan gedung bertingkat yang tahan terhadap gempa. Pasca gempa itu pula mereka mampu membuat tim tanggap darurat bencana yang mampu dimobilisasi dalm waktu kurang dari 24 jam untuk meluncur ke daerah bencana di belahan dunia manapun. (kebetulan saya pernah bersama mereka saat operasi tanggap darurat tsunami aceh beberapa tahun lalu).
Indonesia yang sedang berkembang upaya kesiapsiagaannya dan pengurangan risiko bencana juga diingatkan oleh Tuhan dengan adanya tsunami di Mentawai dan Merapi yang meletus. Bayangkan bila Indonesia tidak mengembangkan budaya siaga dan pengurangan risiko maka pasti jumlah korbannya akan melebihi jumlah korban yang terjadi.
Apakah Tuhan juga menunjukkan kedigdayaannya di Indonesia? Tidak!!! Tuhan menunjukkan dan memerintahkan manusia untuk terus bekerja dan meningkatkan kinerja dalam budaya siaga dan mengurangi risiko bencana.
Kawan, Tuhan tidak merasa tersaingi dengan pekerjaan kita, justru Tuhan mengajak kita agar lebih keras lagi bekerja. Karena kita sedang menjalankan perintah-Nya: menyelamatkan nyawa manusia dan menjaga alam.▲
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com

0 komentar:
Post a Comment