18.5.11
Benarkah Jakarta Akan diguncang Gempa 8.7SR?
Benarkah?
Saya pernah satu tempat dengan Pak AA di dalam diskusi mengenai pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim yang diadakan oleh Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), dan beliau menyampaikan hal yang sama, beberapa hari kemudia salah satu media on-line memuat hal yang sama dan juga berasal dari Pak AA (menurut media tersebut).
TV One mengulas tuntas hal ini di sore hari kemarin, dengan menghadirkan dua ahli yaitu Mbah Rono (Surono) seorang ahli kegempaan dan kegunungapian yang juga bekerja di kementerian ESDM dan Cecep seorang pakar gempa, tidak ketinggalan (akhirnya, setelah ditunggu-tunggu, seorang asisten AA, yaitu Wisnu).
Mbah Rono dan Cecep sepakat bahwa Jakarta memang berada di daerah rawan gempa dan memiliki sejarah gempa. Namun dengan gempa tidak mencapai 8.0SR. Menurut mereka memang selat Sunda berada di daerah tumbukan dua lempeng aktif, namun tidak akan menghasilkan gempa sebesar itu.
Selain itu menurut ketua Tim RPGN (Revisi Peta Gempa Nasional) Prof Masyhur Irsyam seperti yang dilansir detik.com, "Dilihat dari sejarah kegempaan di tanah air, Jakarta relatif aman sebagai pusat atau episentrum gempa,".
Namun begitu, Jakarta tetap terancam dengan gempa yang berasal dari sekitar 10 lokasi disekitar Jakarta. Walaupun kemungkinan gempa Jakarta sebesar 8.7 SR tetaplah jauh dari perhitungan. Kesepuluh lokasi tersebut adalah Subduksi Sumatera, Subduksi Jawa, Sesar Sunda, Sesar Semangko, Sesar Sukabumi, Sesar Baribis, Sesar Lembang, Sesar Pati, Sesar Bumi Ayu, dan Sesar Yogya/Opak.
Sehingga prediksi gempa sebesar itu perlu di telaah dan diteliti dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang bisa dipertanggungjawabkan.
Pertanyaan Besar Terhadap Pak Wisnu
Ada penjelasan dan pembelaan dari Wisnu yang menggelitik saya, diantaranya adalah:
1. Info gempa 8.4SR adalah ditujukan untuk pemerintah DKI bukan masyarakat.
2. Komisi 9 (ini entah DPR atau dari mana), menurut Wisnu melansir gempa 8.4SR berpotensi mengguncang Jakarta. Nah yang menggelitik, Wisnu berkata bahwa ”kan hanya beda sedikit antara 8.4 dan 8.7?”
Untuk komentar No 1, saya sepakat dengan Pak Cecep bahwa info yang akan disampaikan haruslah sesuai dengan sasarannya, bila memang untuk Pemda maka salurkan info itu melalui mekanisme yang ada apalagi yang melansir adalah bagian dari pemerintah yang berkuasa, jangan melalui media. Hal ini membuat kepanikan, saya saja menerima beberapa SMS yang menanyakan hal yang sama dan beberapa bernada kepanikan.
Pemerintah, terutama staf ahli Presiden RI pasti tahu bagaimana strategi menginformasikan pesan siaga bencana kepada masyarakat, dan bila belum tahu saya yakin masyarakat sipil yang tergabung dalam Konsorsium Penanggulangan Bencana pasti mau membantu. Konsorsium ini beranggotakan organisasi dan individu-individu praktisi kebencanaan yang berdedikasi tinggi, saat ini saja mereka sedang membantu Kementerian Pendidikan Nasional dalam hal Pendidikan Siaga Bencana.
Memang sebelum kita menyampaikan pesan waspada perlulah dilakukan sebuah studi, terutama study antropologi sehingga pesan waspada menjadi efisien bukan malah menjadi pesan panik. Karena waspada dan panik hanya dipisahkan garis yang sangat tipis. Keilmuan diperlukan dalam peningkatan kesadaran terhadap risiko bencana dan kewaspadaan sehingga pesan yang disampaikan tidaklah menjadi bumerang (baca kepanikan massal).
Gubernur DKI Jakarta langsung menindaklanjuti pesan ini dengan segera menyiapkan peta mikrozonasi rawan gempa DKI Jakarta, Namun masyarakat? kepanikan terus terjadi dan pembicaraan utama masyarakat tetaplah berkisar pada diskusi ini. Peta Mikrozonasi untuk DKI Jakarta memang sudah diperlukan, berguna untuk peningkatan kewaspadaan dan dasar pembuatan peraturan-peraturan terkait penanggulangan bencana.
Komentar No. 2 ini yang membuat saya ternganga, apakah Pak Wisnu menganggap bahwa kekuatan gempa 8SR adalah dua kali lipat gempa 4SR? Sehingga perbedaan 0.3SR tidak ada artinya? Wah, ini yang berbahaya, kekuatan gempa tidaklah seperti perhitungan matematis yang 4 adalah separuh dari 8, 2 adalah separuh dari 4 atau gempa dengan kekuatan 9 memiliki kekuatan dua kali kekuatan gempa 4.5SR. TIDAK SEPERTI ITU. Kekuatan 5SR dan 6SR saja berkali-kali lipat dan daya rusaknya berbeda walaupun hanya berbeda 1 angka. Apalagi bila 7 dan 8 SR, kekuatannya berkali-kali-kali-kali lipat mungkin kali dalam tulisan saya itu masih kurang.
Sehingga perlulah dilakukan penelitian yang menggunakan pendekatan ilmiah yang tepat dan jangan diumumkan bila belum selesai penelitiannya.
Jakarta memang berada di daerah rawan gempa dan berpotensi gempa dan Jakarta punya pengalaman ini, termasuk tsunami.
Ancaman gempa merusakpun bagi Jakarta tidak saja berasal dari Selat Sunda, namun juga dari Sukabumi, Selatan Jawa, termasuk Indramayu.
Namun sampai saat ini belum ada satupun ilmuwan yang mampu menyatakan kapan akan terjadi gempa, mereka hanya terbatas hanya potensi terjadinya gempa.
Sehingga janganlah percaya dengan ramalan yang mampu memberikan waktu dengan tepat.
Namun begitu, Kita harus tetap siaga, karena bencana tidak pernah menunggu kita siap atau tidak. JAKARTA TETAP BERPOTENSI GEMPA, NAMUN KAPAN TERJADINYA, SAMPAI SAAT INI BELUM ADA YANG MAMPU MEMPREDIKSINYA.
Saya menunggu keaktifan Pemerintah Pusat dan DKI terkait ancaman gempa, baik itu berupa Building Code, sosialisasi penyelamatan individu disaat terjadi gempa, dan kesiapan tim penyelamat (rescue), dll.
PERTANYAAN BESAR SAYA UNTUK PEMERINTAH setelah melansir info ini adalah:
Apa yang akan dan sudah mereka lakukan untuk mereduksi risiko hilangnya jiwa dan kerugian materi? Apakah hanya dengan jawaban, kita sudah punya BNPB, BPBD dan juga Tim Reaksi Cepatnya?
Bagaimana dengan penegakan hukum? Pembuatan Building Code? Pelatihan terhadap masyarakat bila terjadi gempa baik saat dikantor, sekolah maupun dirumah.▲
Tweet
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com
Another Articles
Post Groups
Ready to Download
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx
Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS
Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana
Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS
Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD
Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana
Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Hazard
Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Isian
Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif
Bab 2: GPS
Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana
Bab 4: Analisa Data
Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI
Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi
Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource
Bab 6: Google Earth
Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko
Ready Downloaded List: Mapping Software
Google Earth Versi 6.2
Unggah Google Earth versi terbaru
Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3
Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya
Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda
Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya
0 komentar:
Post a Comment