National Georaphic Society melalui Majalah dan Saluran (Channel) National Geographicnya, mengajak kepedulian kita terhadap lonjakan populasi tersebut.
Tahun ini dikatakan jumlah manusia di bumi ini akan berjumlah tidak kurang dari 7 miliar (bayangkan … untuk menghitung angka 1 sampai 7 miliar saja kita akan menghabiskan waktu dua ratus tahun).
Namun angka 7 miliar itu bukanlah sekedar angka, banyak arti didalamnya, banyak langkah didalamnya dan banyak kenangan didalamnya.
Bila kita kumpulkan semua manusia yang berjumlah 7 milliar itu saja dalam satu tempat maka kota Los Angeles di USA mampu menampungnya. Namun yah itu 7 miliar bukan Cuma angka dan atau kecukupan dunia menampungnya. Bila melihat itu saja yah kita bisa bilang cukup, lah wong hanya kota LA saja kok, pasti cukupkan dunia buat 7 milliar manusia. Sekali lagi, bukan Cuma sekedar angka.
Apa Implikasi 7 Miliar Manusia?
7 milliar manusia akan berimplikasi pada sektor-sektor: Air, Pangan, Teknologi, dan, Rural vs Mega cities.
Kebutuhan air bersih meningkat seiring dengan meningkatnya populasi, air bersih didunia yang tersedia sangatlah kecil/sedikit. Kebanyakan berasal dari dalam tanah dan gletser di pegunungan.
Air yang digunakan akan dibuang begitu saja lewat selokan dan langsung ke sungai lalu ke laut, tanpa ada kesempatan menyerap kembali ke tanah. Maka air akan terbuang dan air tanah semakin menipis dan habis.
Padahal bila kita mau belajar kepada pengusaha tauge/kacambah di Jakarta, maka kita bisa berhemat air. Pengusaha ini sangat boros air bersih, karena tauge tidak bisa tumbuh baik bila menggunakan air kotor. Namun begitu dengan indigenous knowledge mereka, mereka membuat saluran penyerapan kembali air yang sudah digunakan ke dalam tanah dan nantinya air tanah mereka gunakan kembali. Jadi daur air akan berputar.
Bila air tanah menipis dan hilang maka kejadian selanjutnya adalah terjadinya intrusi air laut, akibatnya daerah tersebut amblas dan bayangkan bagaimana bangunan diatasnya?
Bila air sudah langka maka kita akan kembali ke peradaban masa lalu. Manusia akan berperang dengan sesama demi sumber air dan Negara yang memiliki sumber air akan menjadi target dikuasai Negara besar yang tidak memiliki sumber air cukup.
Langkah sederhana bisa kita lakukan dirumah, misalnya dengan membuat sumur-sumur resapan sehingga air yang kita gunakan tidak langsung mengalir ke got dan akhirnya terbuang ke laut, demikian juga air hujan yang di Indonesia sangat melimpah di musim penghujan.
Masjid/Mushollah juga bisa jadikan sarana untuk berhemat air, umat muslim yang akan ibadah diwajibkan berwudhu dengan air bersih (ada cara lain yaitu tayammum dengan menggunakan debu, namun persyaratannya ketat untuk bisa tayamum) dan air yang mengalir-pun masih relatih bersih, jadi akan sangat mubazir bila air itu langsung mengalir ke got. Perlulah dibuatkan saluran resapan air wudhu sehingga air ini nantinya bisa dimanfaatkan kembali setelah terjadi proses filterisasi oleh tanah atau bahan lain (ide ini tetap harus melalui fatwa boleh tidaknya cara ini, karena tidak sembarang air yang boleh dijadikan air untuk wudhu. Apakah air bekas wudhu masih bisa digunakan untuk wudhu kembali dan bila tidak pasti ada cara untuk ini. Karena Allah SWT memberkahi kita kepandaian dan juga kewajiban menjaga alam. Apalagi manusia adalah Khalifah (Manager) di bumi yang bertugas menjaga kelestarian alam).
Untuk resapan air hujan, halaman rumah kita bisa kita gunakan konblok sehingga air hujan bisa menyerap kedalam tanah. Hal ini sudah saya praktekkan di rumah mungil saya.
Langkah diatas akan tidak bermanfaat bila pemerintah tidak peduli terhadap manajemen air. Dibutuhkan peraturan-peraturan mengenai manajemen air dan penegakkan hukum yang konsisten terhadap para pelanggarnya. Lebih baik menegakkan hukum dengan memanfaatkan Polisi Pamong Praja dibandingkan nantinya kita menggunakan TNI karena harus rebutan air dengan Negara lain.
Sektor pangan juga paling terdampak dengan peningkatan jumlah populasi. Ini terkait dengan jumlah populasi.
7 miliar manusia membutuhkan pangan: paling tidak 3 kali makan sehari dan sekali makan mereka mengkonsumsi sayuran, daging, produk olahan dll. Bila tidak terpenuhi maka kelaparan akan terjadi dan juga perebutan areal subur bukan tidak mungkin akan terjadi seperti di zaman koboi (dengan gaya lain tentunya).
Pemanfaatan bioteknologi dari sisi positif mampu mengimbangi jumlah kebutuhan namun sisi negative adalah meningkatnya penggerusan sumber daya alam dan juga kerusakan lingkungan.
Urbanisasi-pun akan meningkat karena demi pemenuhan kebutuhan hidup dan kota akan berubah menjadi Mega Cities (suatu term baru akibat peningkatan jumlah manusia yang hidup di perkotaan). Diprediksi peningkatan yang sangat signifikan mereka yang tinggal diperkotaan. Akibatnya adalah pemenuhan kebutuhan air dan pangan serta pemanfaatan teknologi yang semakin tinggi di Mega Cities.▲
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com

0 komentar:
Post a Comment