Di kantor yang menunggu sup itu adalah Panji, Sherly “Ai”, Bu Endang sendiri, Indra, Wahyu, Yeni dan Ellen, sedangkan Olla tidak mau makan lagi sudah kenyang katanya. Sedangkan Ellen memesan sup daging
Peta Lipat jalur Evakuasi Kota Padang
Sambil menunggu sup datang, akan saya ceritakan perkembangan kami membuat peta lipat.
Terinspirasi dengan perjalanan saya (beberapa) kali ke Bangkok, saat penumpang tiba di bandara bangkok maka ia akan disuguhkan berbagai jenis peta, baik itu peta wisata, belanja dan informasi lainnya. Sehingga mereka yang baru datang ke Bangkok akan dengan mudah menjelajahi Bangkok.
Juga terinspirasi dengan perjalanan ke Phuket (bukan karena semboyan good guy goes to heaven, bad guy goes to Phuket loh), sebuah kota yang sempat luluh lantak akibat tsunami 2004 yang juga melanda Aceh dan Sumatera Utara. Dan saat saya berkunjung di 2009 kehidupan pariwisata sudah pulih, apakah wisatawan sudah lupa dengan peristiwa itu? Dimana ratusan wisatawan meregang nyawa dihantam tsunami yang dahsyat. Ternyata wisatawan merasa aman berwisata disana, kenapa? Karena peta evakuasi mudah didapat, dalam bentuk lipatan sehingga bisa masuk ke dalam saku dan juga tanda-tanda jalur evakuasi, daerah berbahaya, daerah aman dan titik berkumpul mudah sekali kami ketemui, termasuk didaerah yang boleh dikatakan daerah merah (XXX) wisata.
Sempat saya bertanya ke beberapa wisatawan, dan jawabannya tidak jauh berbeda, mereka merasa aman karena tahu kemana mereka bisa menyelamatkan diri dimanapun mereka berada dan juga aparat keselamatan (polisi dan penyelamat) serta pihak swasta penyelenggara wisata sudah bahu membahu dalam manajemen bencana agar wisata mereka kembali pulih. Walaupun daerah itu termasuk rawan tsunami namun dengan kerjasama yang keras diantara semua pihak terlihat sektor wisata mendapat dukungan dan keuntungan sehingga wisatawan tidak takut untuk datang dan investor juga merasa aman dan nyaman berinvestasi disana, kenapa? Karena sudah ada rencana kontinjensi dan SOP yang jelas serta manajemen bencana yang jelas. Sebenarnya dalam UU No 24/2007 tentang Manajemen Bencana di Indonesia juga diungkapkan bahwa bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab dalam manajemen bencana, namun juga Badan kemanusiaan (ini sudah pasti), masyarakat, peneliti dan perguruan tinggi, serta pihak swasta. Kelima pihak ini di Indonesia sudah mulai bergeliat untuk bahu membahu dalam manajemen bencana, walaupun masih dijumpai beberapa kepala daerah tidak mau menjalankan amanat undang-undang dengan alasan “bila kita menyiapkan rencana kontinjensi bencana, SOP dan mendirikan BPBD serta menerbitkan Perda Penanggulangan Bencana maka investor dan wisatawan akan kabur”, bukankah ini pemikiran yang sangat terbalik?
Mercy Corps, di Propinsi Sumatera Barat menjalankan dua (2) program Pengurangan Risiko Bencana: 1) bertajuk P3DM (Public-Private Partnership Disaster Management) – nah dalam program inilah Mercy Corps membantu Pemda untuk menjalin kemitraan antara Masyarakat, Pemerintah dan sektor Swasta dalam Manajemen Bencana yang terintegrasi; dan 2) yang kedua (kebetulan saya Manajer Programnya) adalah Peningkatatan Kesadaran Masyarakat dan Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pengurangan Risiko, kegiatan ini menjalin kemitraan yang semakin kuat antara Masyarakat dan Pemda serta kampanye kesiapsiagaan, program ini bertajuk DRR ACGC.
Nah salah satu kegiatan yang program saya lakukan adalah membuat peta evakuasi yang nantinya akan disebarluaskan ke masyarakat Kota padang dan wisatawan lokal maupun mancanegara, peta ini haruslah peta yang mudah dibaca, difahami dan mudah dibawa. Dalam peta itu juga akan memuat pesan-pesan kesiapsiagaan.
Bekerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Kota Padang dan GTZ, Mercy Corps sudah memulai langkah-langkah yang diperlukan. Tim Mercy Corps dalam pembuatan peta ini adalah:
1. Ujang Dede Lasmana, DRR ACGC Program Manager
2. Ellen, Mahasiswa Canada yang sedang magang di Mercy Corps dan kebetulan ahli GIS
3. Wawan, Team Leader untuk Kampanye Peningkatan Kesadaran
4. Iwan, Pelaksana Proyek bidang Kampanye Peningkatan Kesadaran
5. Olla, Pelaksana Proyek wilayah Padang.
Mengikuti langkah BPBD dan GTZ, maka tanggal 23 & 24 Juni 2010 akan diadakan workshop pemetaan yang hasil akhirnya adalah akan dihasilkannya 2 jenis peta, yaitu 1 untuk masyarakat (peta A), dan 1 untuk pemerintah sebagai bahan penentuan RTRW (peta B). Hasil dari peta inilah yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan peta lipat evakuasi. Selanjutnya akan dilakukan Pemetaan Partisipatif untuk pembuatan peta tingkat Kelurahan.
Selanjutnya bagaimana nasib peta ini, akan dilanjutkan setelah workshop tanggal 23 & 24 Juni 2010, soalnya sup kakinya sudah datang nih.
Sup Kaki itu ternyata seperti makan kaki Chomper
Dahsyat!!!! Sup Kaki itu memang Duahsyat …
Kedatangan sup kaki membuat kepanikan kami, kepanikan yang disebabkan ukuran kaki yang besar, sup itu menyertakan tulang kaki sapi bukan hanya dagingnya. Besar-besar kaki sapinya, kuahnya melimpah. Tidak biasanya sup kaki seperti ini.
Segera saja kami masing-masing mencari wadah yang cukup untuk kuah dan kaki itu, ternyata tidak ada satupun mangkuk yang mampu menampungnya, akhirnya improvisasi berlaku. Segera saya ambil wadah plastik besar, dan panji menggunakan ceret air untuk tempat sup kakinya, yang lain menggunakan wadah yang cukup besar juga.
Sedotan (pipet) menemani makan kami, bukan untuk menyedot minuman, namun untuk menyedot sumsum kaki sapi, hmmmmmmm nikmatnya membuat lidah kami menari-nari.
Kenikmatan menyedot sumsum membuat kami semua merasakan hal yang sama dari rasa nikmat yang wuaaaaaaaaah indahnya.
Pak Wahyu sangat menikmati tulang yang dimilikinya. Ai dengan nikmatnya menarik daging dari tulang dan Panji dengan semangatnya menuang kuah sup dari ceretnya.
Akhirnya, tulang-tulang itu bersih putih dari segala yang menempel (daging, urat, sumsum).
Ternyata masih ada sesi lain setelah makan sup, Indra masih juga menyikat KFC yang dibawa oleh Dewi. Saya dan Panji juga nyobain sih, dan Yeni juga menikmati sup dari KFC. Wah wah hari itu “makan” day yah?
Puas sekali makan sup kaki yang seharga 18.000 ini, ditambah kedatangan jeruk sebagai penurun kolesterol.
Ayo datang ke Padang dan nikmati Sup Kaki
Tulisan ini sudah dimuat disini
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
0 komentar:
Post a Comment