Kegalauan saya, walaupun saya juga penjual GPS, apakah di rumah ada spare clipper tersebut. Bila tidak ada maka kenyamanan saya menggunakan GPS akan terganggu, memangnya enak selama perjalanan pegangin GPS terus?
VCA Training
Kawan-kawan Mercy Corps, program ACGC, melaksanakan pelatihan VCA di tiga kota/kabupaten secara marathon. Kota Padang memulai rangkaian pelatihan ini, dilanjutkan dengan Kabupaten Padang Pariaman dan terakhir Kab. Pesisir Selatan.
Peserta pelatihan ini diutamakan adalah pegawai Pemda masing-masing kota/kabupaten, diantaranya adalah Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) atau Kesbangpolinmas bagi kabupaten yang belum memiliki BPBD, kemudian Bappeda, DisHub, DKP, Polri, TNI, PMI, dll.
Pelatihan VCA ini dibantu fasilitator dari Jemari Sakato – sebuah LSM Lokal yang berkhidmat dalam peningkatan kapasitas pemda dan masyarakat serta pendekatan partisipatif.
Jumlah peserta tidak sebanyak undangan yang disebarkan namun pelaksanaan pelatihan tetaplah menarik dan sesuai dengan tujuan. Pelatihan di Pesisir Selatan dilaksanakan di Hotal Adhi Karya (S01°20’33.3” E100°34’44.9”)
VCA (Vulnerability & Capacity Assessment) adalah sebuah pendekatan dalam melakukan pengkajian risiko bencana dengan melihat unsur-unsur kerentanan dan kapasitas yang ada di daerah yang sedang dikaji atau daerah tetangga.
Untuk mendapatkan data-data kerentanan dan kapasitas yang valid maka pendekatan Pengkajian Perdesaan Partisipatif (PRA = Participatory Rural Appraisals) digunakan sebagai alat pengumpul data. Sehingga data-data spasial (keruangan), sejarah desa, aktivitas masyarakat dan juga kelembagaan yang ada didaerah yang sedang dikaji bisa kita dapatkan dan dianalisa sehingga kita bisa mengambil langkah-langkah yang tepat dalam Upaya Pengurangan Risiko Bencana dan yang lebih luasnya dalam manajemen bencana.
Prinsip partisipatif yang digunakan dalam VCA memiliki dampak juga bahwa dalam pelaksanaanya akan terjadi proses saling belajar antara fasilitator dan masyarakat yang terlibat.
Dua Pelangi di Langit Langkisau Painan
Setelah pelatihan VCA hari pertama di Painan selesai saya Tanya kepada Iwan (Sang Photographer) apakah dia pernah ke langkisau, dan ternyata dia belum pernah – termasuk juga Mas Wawan Bossnya Iwan. Yah sudah, saya kontak Mappers PMI Pesisir Selatan (Ismaizondra) untuk ke Bukit Lengkisau dan mengejar Sunset disana. Bersama-sama kami menuju bukit Lengkisau yang indah, tidak ketinggalan kami membawa sisa-sia snack pelatihan untuk cemilan kami.
Begitu sampai di Bukit Lengkisau (S01°20’26.4” E100°34’26.6”), kami langsung mengambil posisi memfoto dan difoto, jepret – jepret – jepret.
Kemudian kami bercengkrama, bercerita dan bercanda ngalor ngidul.
Keindahan Lengkisau memang membuat kami memuji Sang Pencipta, Subhanallah.
Bukit Lengkisau terkenal dengan sering melaksanakan kejuaran Paralayang dan bahkan sampai terkenal ke mancanegara. Dan posisi kami duduk saat ini adalah tempat para atlet paralayang launching untuk terbang dan melayang.
Awan berarak memperhatikan kami yang terus bercengkrama dan bercanda serta saling memfoto. Bakwan atau Bala-bala yang kami bawa dari tempat pelatihan menjadi menu yang nikmat apalagi dimakan dengan cabai segar wuihhh sedapppppppp. Sampai-sampai Mas Wawan menghabiskan cabai rawit yang ada, nikmatnya memang memakan cabai dibandingkan dengan saus sambel katanya.
Kemudian saya lihat ada pelangi lain di atas pelangi pertama. Subhanallah, indahnya pemandangan sore itu. Sudah beberapa kali saya ke Lengkisau dan baru kali ini saya mendapat kesempatan yang seperti ini. Alhamdulillah.
Selanjutnya, sudah bisa ditebak, jepret – jepret – jepret Iwan dan Izon memfoto dua pelangi diatas Painan.
Ikan Bakar Nan Nikmat
Di kantor Mercy Corps Pesisir Selatan (S01°21’00.4” E100°34’46.7”), semua staf sibuk mencari link di internet untuk bisa menyaksikan siaran langsung piala dunia 2010 yang di gelar di Afrika Selatan.
Sekitar jam 7-an, kami meluncur mencari makan malam. Dan tibalah di rumah makan (S01°20’36.4” E100°34’51.5”) yang menyediakan berbagai makanan yang membuat kami cocok, setiap orang bisa memilih makanan sesuai seleranya, untuk rasa tidak mengecewakanlah.
Sekembalinya kami dikantor Mercy Corps, kembali kegiatan facebookan (Gatot), mencari link piala dunia (Tasyrif) dan mengutak-atik foto (Iwan) kami di Lengkisau dilakukan.
Tiba-tiba “tin tin”, terlihat mobil Ambulans PMI Pesisir Selatan menepi di muka kantor Mercy Corps. Turunlah rombongan Sukarelawan PMI dengan membawa ikan, alat bakar dan bumbu-bumbunya.
Ikan laut nan segar ini menurut kawan-kawan PMI didapat dari Pak Tanjung (salah seorang Sibat yang pernah saya latih menggunakan GPS untuk memetakan daerahnya beberapa tahun yang lalu), memang persaudaraan diantara Sukarelawan bukan hanya dibibir namun didunia nyata hal itu terbukti.
Segera mereka (Mercy Corps dan PMI) menyiapkan bumbu-bumbu ala minang (pedasnya sambal, asamnya cuka dan rempah-rempah lainnya segera menyeruak relung nafsu lidah kami).
Dengan menggunakan bensin, bara disiapkan. Tumpukan batok kelapa diatas bensin disusun sedemikian rupa, dan api dinyalakan. Asap langsung menyeruak dari batok yang terbakar dilanjutkan dengan api yang membesar dan membubung. Ikan siap dibakar, menunggu bara jadi.
Begitu bara sudah jadi, ikan kakap hitam yang besar ditaruh diatas bara. Singkat cerita matanglah sang ikan dilanjutkan dengan membakar ikan kakap merah dan ikan sejenis tongkol. Sambil membakar ikan-ikan gelombang dua, kami sikat ikan kakap hitam itu di meja rapat. Untunglah nasi sisa makan siang masih ada, jadi kawan-kawan dapat menikmati ikan bakar dengan nasi. Saya sih cukup konsentrasi dengan ikannya saja, kan makan nasi sudah sering, makan ikan bakar yang senikmat ini kan jarang.
Nah ikan gelombang kedua yang ada ikan kakap merahnya ini yang sangat nikmat, maklumlah kakap merah itukan memang ikan yang sangat nikmat. Disaat saya mengoperasi kepala ikan kakap merah ini saya teringat masakan kepala ikan kakap merah buatan ibuku, hmmmmmmm nikmatnya gulai kepala ikan buatan ibuku melintas pikiranku, kerinduan akan keluarga membuatku berhenti sejenak – teringat anakku Aza yang sedang rindu berat (sering menelepon dan bilang betapa kangennya Ia kepadaku beberapa hari ini), istriku Maya yang sedang mengandung anak keduaku. Aku merindukan mereka, semua keluargaku.
Sampai bosan dan mabuk kami makan ikan bakar yang dibawa kawan-kawan PMI. Memang terasa disini, persaudaraan diantara para pekerja kemanusiaan.
Kapan lagi kami bisa menikmati ini.
Segera! Karena kami pasti akan menikmati tugas dan kuliner.
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
Kami juga kangen kamu Hun.. papah...semoga
ReplyDeleteAllah memberi kamu kesehatan dan perlindungan, amin
jadi mw liat pelanginya deh..
ReplyDeleteda lama gag liat pelangi..
duhhh jadi kangen kampung halaman..
ReplyDelete:D
udah kangen sama pelangi,,
ReplyDelete