13.6.10
Menjelajahi Sumatera Barat
Bersama dengan mitra kerja di Mercy Corps Padang, saya memanfaatkan waktu liburan panjang dengan menyusuri jalan-jalan menuju kota-kota dan daerah wisata terkenal di Sumatera Barat.
Kota Bukit Tinggi menjadi tujuan yang akan kami capai di hari pertama selain merasakan tajamnya kelokkan yang terkenal yaitu kelok 44.
Bersama saya, yang kemudian dibagi menjadi 2 tim, di mobil 1 ada Saya, Panji, Dewi, Wahyu, dan Allen (anak Canada yang sedang “magang” di Mercy Corps), sedangkan di mobil lainnya ada Nas “Koto”, Atta, dan Ridwan beserta keluarga (istri dan satu anak perempuan yang imut).
Setelah gagal merayu Umar “Brother” Yanto untuk ikut bersama kami, kami berangkat sebelum jam 10 pagi. Mampir terlebih dahulu di supermarket Adinegoro untuk membeli perbekalan air dan makanan yang berguna buat dijalan.
Sebelumnya saya menginstalasi terlebih dahulu bracket GPS Garmin Etrex Vista HCx di kaca depan sisi pandangan saya.
Panji mengendarai kendaraan kami dengan bertanggung jawab, membuat kami merasa aman dan nyaman. Ditambah pula GPS yang saya gunakan sejak awal perjalanan sangat bermanfaat, misalnya menemukan jalur tersingkat, dan juga memudahkan kawan kami menemukan pompa bensin terdekat untuk sekedar mengunjungi kamar kecil.
Kelokan 44
Kami tepat sekali mencapai masjid disisi danau Maninjau disaat Azan berkumandang. Shalatlah kami disini, dan kaum perempuan yang mendapat kemuliaan dari Allah (tidak perlu Shalat Jum’at seperti halnya Kaum laki-laki) berkesempatan untuk melihat-lihat danau Maninjau dan pedesaan disekitarnya. Berfoto dan mengambil foto Danau Maninjau dan aktivitas masyarakat setempat.
Selepas Shalat, perjalanan dilanjutkan dengan penuh semangat untuk menjelajahi Kelokan 44, setelah belok kiri tanjakan langsung menyapa kami dan tak lama kemudian diujung kelokkan terpampang tulisan Kelok 1. Dan … petualangan menjejak kelokan-kelokan tajam berjumlah 44 dimulai. Disetiap kelokkan terpampang tulisan kelok yang ke sekian, walaupun pemandangan penunjuk kelok ini menjadi tidak nyaman dipandang akibat tampilnya papan iklan calon-calon pemimpin di Sumatera barat, tapi kami memakluminya, kan sebentar lagi pilkada dan mereka harus dikenal pemilihnya.
Di kelok 32 kami mampir disebuah restoran yang memiliki pemandangan indah ke Danau Maninjau, sayang saat itu sedang berawan dan berkabut membuat kami tidak dapat menikmati hijaunya pegunungan dan jernihnya air danau. Walaupun begitu tetap saja kami berfoto dan memfoto pemandangan indah Danau Maninjau.
Menu makanan yang khas dan cita rasa yang memuaskan birahi lidah kami membuat kami menikmati setiap suapannya. Sambal cabai hijau membuat kami menjadi segar kembali, walaupun ada teman kami yang terganggu pencernaanya akibat cabai ini (maklum sebelumnya juga memang sudah terasa perutnya sudah mulai tidak beres sejak kemarin – ini pengakuannya loh). Ikan bakarnya enakloh dan juga favoritku – Gule Pakis.
Usai makan, perjalanan kami lanjutkan. Tidak banyak yang dapat ditulis dalam sisa perjalanan kecuali yang saya ingat adalah pemandangan hijau yang menyejukkan perut yang kenyang dan rasa kantuk menyerang maka tertidurlah saya. Tak tahu berapa lama saya tertidur yang pasti saya dibangunkan oleh kawan saya – Wahyu – yang tidak bisa tidur dengan mengatakan bahwa kami sudah sampai di Bukit Tinggi.
Bukit Tinggi … Kami datang
Sesampai di Bukit Tinggi di sore hari, acara pertama adalah mencari hotel, maklum kami belum membooking hotel dan yang pasti bila tidak cepat-cepat mencari hotel maka bisa jadi kami tidur di mobil. Padatnya lalu lintas dan variasi nomor polisi kendaraan yang ada membuktikan banyaknya orang luar Bukit Tinggi yang mengunjunginya diliburan panjang ini.
Setelah mencari-cari hotel karena selalu saja kalimat “penuh” yang ditemui oleh kami akhirnya, Alhamdulillah kami dapat hotel sederhana, namanya Hotel Asean.
Selepas check-in, kami melanjutkan berputar-putar di Kota Bukit tinggi dan tujuan utamanya adalah Ngarai Sihanok (jangan menduga kalau ngarai ini untuk mengenang raja Kamboja yah, karena memang tidak ada hubungannya) yang ada gua Jepangnya.
Ngarai Sihanok dan Gua Jepang
Begitu masuk area Ngarai Sihanok setelah membayar karcis Rp. 4000,- perorang, sibuk kami mencari-cari mana Gua Jepangnya, yang asli orang Minang ternyata juga bingung dimana Guanya.
Setelah diketemukan maka kami berfoto dimulut Gua. Begitu masuk ke dalam mulut gua dan baru beberapa tingkat maka ketidakpuasan langsung melanda saya. Gua Jepang sudah tidak alami lagi, dindingnya sudah ditutup oleh campuran semen dan pasir.
Anak tangga yang curam akan membuat mereka yang tidak pernah melatih fisiknya akan cepat lelah (nah loh turun saja bisa membuat lelah bagaiman naiknya?), kelelahan memang bisa membuat seseorang disorientasi dan bahkan sampai ngaco. Seorang anak yang memakai seragam SLTP terlihat lelah setelah menuruni mulut gua, begitu sampai diujung tangga tidak jauh dari sana ada cabang gua yang bertuliskan Amunisi, nah mungkin karena kelelahan membuat anak remaja tersebut salah membaca (sudah membaca dengan suara keras, mengumumkan ke orang lain, salah lagi), yang dia baca dan sampaikan ke teman-temannya adalah “lihat ternyata ini ruang imunisasi” dan gerrrrrrrr teman-temannya yang masih waras ditambah saya dan Panji langsung tertawa geli. Memangnya tentara Jepang masih dalam masa pertumbuhan?
Setelah saya tidak puas dengan kondisi yang tidak alami lagi, kami bergerak keluar gua, dan begitu sampai di mulut gua kami berlomba menaiki tangga dan juga menghitung berapa jumlah anak tangganya.
Umur tidak pernah bohong loh Kawan-kawan, kelelahan melanda kami yang old soldier ini. Saking otot ini tiba-tiba menjadi tegang, disaat sudah sampai ujung gua dan tidak ada lagi anak tangga maka kaki kita masih melangklah seakan-akan masih ada anak tangga. Ternyata lelahnya masih saya rasakan sampai hari senin, wuih tos kolotn ya Jang?
Kembali kami berfoto setelah sampai diluar gua, silahkan bandingkan wajah kami sebelum masuk dengan setelah keluar.
Berburu pernak-pernik outdoor second
Mendengar bahwa di bukit tinggi ada toko yang menjual barang-barang alam bebas bekas dan biasanya produksi luar negeri, membuat kami pada malam harinya langsung mengatur siasat bahwa pagi hari esok sebelum melanjutkan membelah Sumbar kami harus mengunjungi pasar Atas (Ateh) untuk membeli barang-barang yang mungkin langka.
Memang toko outdoor di Bukit Tinggi banyak dan mereka menjual merek-merek terkenal Indonesia, seperti eiger, dll. Saya mengunjungi 3 toko dari sekian banyak, karena lagi defisit keuangan maka saya tidak membeli satupun.
Kembali ke Pasar Ateh, disini kami menjumpai banyak tas-tas, pakaian dan sepatu alam bebas bermerk luar dengan harga yang bisa jadi murah bila anda mampu menawarnya. Menawar adalah kata kunci di pasar ini.
Kembali Membelah Jalanan Menuju Istana Besar Pagaruyung
Di Bukit Tinggi kami mendapat kawan baru (baru untuk dijalan, dikantor sih orang lama), Yeni dan Ai bergabung dengan kami.
Kembali kami mengaktifkan GPS, mencari dan mengklik tempat tujuan (Point of Interest), Istana Pagaruyung. Untung peta yang kami gunakan adalah peta navigasi.net yang lengkap (Navigasi.Net V 1.72), sehingga begitu tampil tujuan Istana Pagaruyung langsunglah saya klik dan GO! Menuju Pagaruyung.
GPS Garmin Etrex Vista HCx + Peta navigasi.net memandu kami dengan baik, menghemat waktu dan tujuan yang tepat.
Pemandangan indah selalu ada di depan mata kami. Sesampainya di Istana Pagaruyung kami lihat istana tersebut sedang dibangun ulang setelah terbakar. Bangunan nan megah 95% telah berdiri dengan kokoh sekokoh masyarakat Minang disaat mengalahkan pasukan Majapahit dalam adu kerbau.
Banyak pengunjung yang datang hari itu, anak-anak terlihat berfoto, bercerita tentang kerajaan Pagaruyung sebatas pengetahuan mereka namun serius, seakan-akan mereka adalah sejarahwan.
Terlihat kesibukan para pekerja yang terus serius memahat kayu untuk dinding istana. Garis-garis ukiran dan warna kuning, merah dan hitam yang mendominasi ukiran terlihat indah dan gagah, mengingatkan kegagahan pasukan Pagaruyung dan keindahan alam Sumatera Barat.
Puas di istana, selanjutnya adalah makan siang (akhirnya, sudah lapar perut ini sejak tadi). Setelah mencari kesana kemari restoran mana yang enak, akhirnya dengan bantuan Ai yang punya teman didaerah ini makanlah kami disebuah restoran yang sangat terkenal enaknya ayam goreng mereka. Ayam goreng yang kecil ayamnya namun garing dan nikmat rasanya.
Tak disangka tak diduga, hadir dua piring (wuih terbit liurku mengingatnya kembali) gulai jengkol, sejak saya ada di Padang kali ini baru sekaranglah saya mendapat menu ini kembali. Dan yang tak disangka dan diduga selanjutnya adalah, kawan kami yang berasal dari Canada (namanya Ellen), ternyata setelah mencicipi gule jengkol dia sangat suka dan sampai makan satu piring, wuih. Sontak kami saling melihat setelah tahu hal itu.
Danau Singkarak, dan Bantal kapuk …. Ayo Aktifkan GPS!
Selesai makan siang yang terlambat kami menuju Danau Singkarak. Selain ingin melihat keindahan danau juga ingin melihat persiapan dan lintasan yang akan digunakan dalam Tour de Singkarak 2010.
Segera saja saya mainkan jemari saya di GPS Garmin, PoI Danau Singkaraklah yang saya cari. Ketemu dan langsung klik Go To. Jalur yang di sarankan GPS dengan peta Navigasi.Net-pun aktif, pintasnya jalur dan juga cepatnya membuat kami dapat menghemat waktu. Panji (yang juga ahli GIS) yang sudah pernah menempuh jarak ini mengakui bahwa jalur yang disarankan GPS ternyata lebih singkat sehingga menghemat waktu dan bisa sampai Danau Atas dan Danau Bawah di saat matahari masih bersinar.
Sepanjang jalan, mobil kami penuh dengan tawa dan canda, hanya saja kasihan juga dengan Ellen yang terkadang candaan kita berbahasa Indonesia sehingga hanya kami yang Indo sajalah yang tertawa, maaf yah Ellen.
Jalur yang kami lewati serasa indah, karena jalur jalan berada di tepi Danau Singkarak. Hanya saja sekali lagi kabut menghalangi keindahan nan hijau pemandangan Danau Singkarak.
Sepanjang jalan terlihat banyaknya pedagang kasur, bantal dan kawannya yaitu guling. Saya belum begitu peduli dengan hal itu, namun disaat panji cerita tentang perjalanannya dengan kawan yang saat ini tidak ikut bersama kami tentang pengrajin bantal (dkk) dari kapuk yang ada di sekitar danau barulah saya lebih tertarik lagi mengenai banyaknya toko teman tidur itu. Memang terlihat banyaknya pohon kapuk disekitar danau.
Ingat kebutuhan saya dikamar, maka saya ambil keputusan untuk membeli bantal dan guling, apalagi dengan pertimbangan aroma bantal kapuk sangat harum dan seakan tidur di alam bebas. Setelah Dewi membantu tawar menawar maka saya membeli satu set. Selesai membayar, kami langsung tancap gas. Sebelumnya disaat saya tawar menawar beberapa kawan memuaskan nafsunya untuk berfoto dan memfoto di tepi danau.
Kembali kami bercengkrama, bercanda dan tidur yang selalu gagal karena saling mengganggu. Bang Wahyu, katanya mau tidur kok malah bangun sih saya tanya?
Tiba-tiba wahyu yang mungkin memendam kemarahan karena tidak bisa tidur tiba-tiba berteriak: “lihat! Henry Dunant mencalonkan diri menjadi Bupati” sontak kami melihat arah ujung telunjuknya mengarah kemana. Oow ternyata benar salah satu calon bupati bernama Henry Dunant. Wah PMI harus dukung tuh.
Danau Atas dan Danau Bawah
Hujan menyapa kami disaat berbelok di simpang menuju Danau Atas (Ateh) dan Danau bawah. Jalan yang berkelok dengan pemandangan perkebunan the membuat saya dan Panji teringat pada masa-masa dimana Puncak Jawa Barat masih sepi dan jalannya masih kecil (sekitar tahun 80-an). Teringat juga disaat saya, Bapak dan Mamah menuju Bandung disaat saya kecil, jalan yang berkelok, kebun dan kabut sedetik membuat saya teringat itu.
Di suatu tempat kami berhenti dan kembali memuaskan birahi memfoto, dan difoto. Nah dalam tim ini adaloh yang maunya difoto terus, siapa yah?
Pemandangan pegunungan, kebun teh dan kabut menjadi pendamping foto wajah kami.
Mengingat waktu yang semakin gelap maka langsung perjalanan kami teruskan menuju danau kembar.
Sesampainya kami di panorama, kami dapat melihat kedua danau, hanya tinggal menoleh ke kiri dan kanan maka kita bisa melihat kedua danau itu. Langsung saja jiwa kami langsung saling kontak dan sepakat akan dilanjutkan dengan kemping di minggu-minggu depan.
Sayang hanya sebentar kalmi melihat keindahan danau kembar, selanjutnya gelap menyapa, dingin bertamah.
Kesepakatan yang diambil disini adalah kita kemping dalam waktu dekat.
Ke Padang Kami Kembali dan Berniat Besok Bangun Siang
Sampai di Padang, maksudnya tempat kostku, sekitar jam setengah delapan.
Pasang sarung guling dan bantal, hmmmmmmmmm wangi kapux, besoknya bangun siang.
Kesimpulan Peta Navigasi.Net
Peta yang ditampilkan navigasi.Net banyak membantu, walaupun masih banyak daerah yang belum terpetakan namun jalan utama yang telah ada dipeta sangat membantu. Di daerah Padang pariaman ada jalan yang terputus karena ini adalah jalan tembus yang baru selesai dibangun.
Peta Kota Bukit Tinggi banyak membantu pencarian PoI dan lokasi-lokasi yang kami tuju.
Ada niat buat membuat track dan PoI yang nantinya dikirim ke Navigasi.Net untuk memperkaya peta Navigasi.Net.
Tulisan ini dimuat juga di www.petapartisipatif.wordpress.com
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com
Another Articles
Post Groups
Ready to Download
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx
Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS
Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana
Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS
Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD
Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana
Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Hazard
Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Isian
Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif
Bab 2: GPS
Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana
Bab 4: Analisa Data
Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI
Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi
Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource
Bab 6: Google Earth
Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko
Ready Downloaded List: Mapping Software
Google Earth Versi 6.2
Unggah Google Earth versi terbaru
Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3
Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya
Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda
Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya
0 komentar:
Post a Comment