14.5.10
Pengetahuan Lokal & Risiko Bencana
Gelegar bebunyian dari alat kesenian Minang, Tambua, mengiringi kegiatan gotong royong masyarakat Korong Manggopoh Dalam – Nagari Ulakan, Padang Pariaman – dalam pembuatan jalur evakuasi.
Tidak sampai disini prosesi budaya yang dijalankan, selanjutnya adalah sambutan-sambutan yang sarat dengan pantun. Pantun-pantun bermuatan pesan siaga bencana di sampaikan para tetua Korong dan juga Pak Camat. Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan pita (pada titik S00°41’09.8” E100°10’54.2”) oleh Camat setempat sebagai tanda dimulainya gotong royong pembangunan jalur evakuasi yang panjangnya 1.145 meter. Jalur Evakuasi yang menghubungkan Manggopoh Dalam (Muhajirin) dan Binuang (Anshar) dalam kesehariannya dapat juga berperan sebagai penghubung kedua Korong dalam akses ekonomi, pendidikan dan juga silaturahim. Jalur evakuasi ini di fasilitasi oleh Mercy Corps dan mitra lokalnya Kogami.
Selesai pemotongan pita, kegiatan dilanjutkan dengan ritual mohon selamat. Pembacaan do’a-do’a dipanjatkan oleh “dukun”. Dalam ritual itu, jeruk lemon dijadikan salah satu media. Jeruk itu dipotong-potong, dilemparkan ke dalam air jernih kemudian dibacakan do’a dan diperas dan dicampur dengan dedaunan.
Penyembelihan ayampun dilakukan. Dalam budaya-budaya di Indonesia berdasarkan pengamatan saya, penyembelihan ayam adalah hal yang sering dilakukan dalam berbagai ritual budaya maupun keagamaan.
Selepas penyembelihan ayam, sang pemimpin ritual dibantu oleh seseorang berjalan sepanjang lintasan calon jalur evakuasi dan memercikan air yang tadi berisi perasan dan potongan jeruk serta dedaunan.
Pengetahuan Lokal/Kearifan Lokal Mendukung Upaya Pengurangan Risiko Bencana
Bagi sebagian masyarakat kota dan pakar manajemen bencana yang hanya berbasiskan tekhnologi modern menganggap pengetahuan lokal adalah sesuatu yang kuno dan tidak mungkin dijadikan upaya pengurangan risiko bencana.
Namun berdasarkan pengalaman, justru dengan memanfaatkan pengetahuan lokal/kearifan lokal akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana dan juga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana.
Tujuan pemanfaatan pengetahuan lokal diantaranya adalah menghapus persepsi masyarakat bahwa bila melakukan upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana berarti mengharapkan datangnya bencana, selain juga menyisipkan atau bahkan menghidupkan kembali budaya lisan atau tulisan yang mengandung upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.
Menurut Koen Meyers dan Puteri Watson, 2008, Tindakan menyiapkan sesaji (ritual-ritual budaya ataupun keagamaan) berguna untuk menanamkan kesadaran kolektif tentang risiko gempa (bencana) dan membuatnya tetap hidup dalam kesadaran masyarakat.1)
Belajar dari budaya lisan masyarakat Simelue, Siberut (Keduanya di Indonesia), Moken (Thailand), dan masyarakat di Kepulauan Solomon, justru budaya local mereka mampu menyelamatkan kaumnya dan juga bahkan menyelamatkan para wisatawan (Kaum Moken). Di daerah-daerah tersebut korban jiwa kebanyakan adalah mereka yang berasal dari luar (pendatang). Cerita rakyat yang ada dalam bentuk syair, lagu, dongeng, do’a atau jampi-jampi menyelamatkan mereka. Inti dari pesan itu adalah tentang “tujuh gelombang” di Kaum Moken, dan juga gelombang laut atau “smong” di Simelue, bila air laut tiba-tiba surut tanpa adanya pengaruh cuaca dan iklim, maka mereka harus segera menghindari pantai dan menuju perbukitan.
Belum lagi pengetahuan lokal mereka yang terkait dengan bangunan tradisional yang tahan akan gempa dan juga posisi pintu mereka yang mampu menjadi alat pantau apa yang terjadi disekitarnya.
Budaya yang selalu dihidupkan dengan berbagai cara itu telah menyelamatkan banyak jiwa.
Program Pengurangan Risiko yang dilaksanakan Mercy Corps ini juga mengadopsi pengetahuan lokal yang religi, yaitu menggunakan pendekatan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar, yaitu merujuk pada sejarah Nabi Muhammad SAW disaat Hijrah dari Mekkah ke Madinah. Kaum Muhajirin dalam program ini adalah masyarakat Manggopoh Dalam, sedangkan Kaum Anshar adalah Masyarakat Binuang. Masyarakt Manggopoh Dalam adalah masyarakat yang berada di daerah rawan bencana tsunami, sehingga bila ada ancaman tsunami maka mereka akan menuju Binuang, sebuah daerah aman dan masyarakatnyapun sudah siap menampung saudara-saudara mereka yang mengungsi.
Apasih Sebenarnya Pengetahuan Lokal Itu?
Berikut ini saya haturkan beberapa pendapat mengenai apa Pengetahuan Lokal itu.
Menurut Jennifer Baumwoll, 2008: Pengetahuan Lokal adalah cara-cara dan praktik-praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat, yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secra turun temurun. Pengetahuan Lokal yang berasal dari dalam masyarakat sendiri disebarluaskan secara non-formal, dimiliki secara kolektif oleh masyarakat bersangkutan, dikembangkan selama beberapa generasi dan mudah diadaptasi, serta tertanam di dalam cara hidup masyarakat sebagai sarana untuk bertahan hidup.
Menurut Rajib Shaw, 2008: Pengetahuan Lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu, dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu.
Sehingga, Pengetahuan itu sebenarnya mampu diaplikasikan atau diperkenalkan untuk diadopsi oleh masyarakat lain yang tentu saja harus ada beberapa penyesuaian dengan budaya lokal setempat dimana pengetahuan lokal itu akan diadopsikan. Dan ini akan banyak menemui tantangan.
Pustaka:
1) Kearifan lokal dalam Pengurangan Risiko bencana: Dongeng, Ritual, dan Arsitektur di kawasan Sabuk Gunung Api. 2008. BNPB.
Foto-foto milik Mercy Corps.
Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com
Another Articles
Post Groups
Ready to Download
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series
Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx
Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS
Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana
Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana
Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana
Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS
Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD
Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana
Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Hazard
Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI
Formulir Isian
Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI
Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif
Bab 2: GPS
Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana
Bab 4: Analisa Data
Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI
Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi
Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource
Bab 6: Google Earth
Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko
Ready Downloaded List: Mapping Software
Google Earth Versi 6.2
Unggah Google Earth versi terbaru
Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3
Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya
Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda
Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya
menginspirasi buat penelitian lanjutan study saya nih.. dulu saya hubungkan sastra lisan dgn konflik sosial. sekarang bisa hubungkan sastra lisan dgn pengurangan risiko bencana.
ReplyDelete