Slider-1-Title-Here

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo ligula eget dolor. Aenean massa. Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Donec quam felis, ultricies nec, pellentesque eu, pretium quis, sem. Nulla consequat massa quis enim.

Slider-2-Title-Here

In enim justo, rhoncus ut, imperdiet a, venenatis vitae, justo. Nullam dictum felis eu pede mollis pretium. Integer tincidunt. Cras dapibus. Vivamus elementum semper nisi. Aenean vulputate eleifend tellus. Aenean leo ligula, porttitor eu, consequat vitae, eleifend ac, enim. Aliquam lorem ante, dapibus in, viverra quis, feugiat a, tellus. Phasellus viverra nulla ut metus varius laoreet.

Slider-3-Title-Here

Aenean imperdiet. Etiam ultricies nisi vel augue. Curabitur ullamcorper ultricies nisi. Nam eget dui. Etiam rhoncus. Maecenas tempus, tellus eget condimentum rhoncus, sem quam semper libero, sit amet adipiscing sem neque sed ipsum. Nam quam nunc, blandit vel, luctus pulvinar, hendrerit id, lorem.

Slider-4-Title-Here

dui quis mi consectetuer lacinia. Nam pretium turpis et arcu. Duis arcu tortor, suscipit eget, imperdiet nec, imperdiet iaculis, ipsum. Sed aliquam ultrices mauris. Integer ante arcu, accumsan a, consectetuer eget, posuere ut, mauris. Praesent adipiscing. Phasellus ullamcorper ipsum rutrum nunc. Nunc nonummy metus. Vestibulum volutpat pretium libero. Cras id dui.

Slider-5-Title-Here

Aenean tellus metus, bibendum sed, posuere ac, mattis non, nunc. Vestibulum fringilla pede sit amet augue. In turpis. Pellentesque posuere. Praesent turpis. Aenean posuere, tortor sed cursus feugiat, nunc augue blandit nunc, eu sollicitudin urna dolor sagittis lacus.

14.5.10

Pengetahuan Lokal & Risiko Bencana

Memadukan Pengetahuan Lokal dan Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana dalam Budaya Minang

Gelegar bebunyian dari alat kesenian Minang, Tambua, mengiringi kegiatan gotong royong masyarakat Korong Manggopoh Dalam – Nagari Ulakan, Padang Pariaman – dalam pembuatan jalur evakuasi.

Tidak sampai disini prosesi budaya yang dijalankan, selanjutnya adalah sambutan-sambutan yang sarat dengan pantun. Pantun-pantun bermuatan pesan siaga bencana di sampaikan para tetua Korong dan juga Pak Camat. Kemudian dilanjutkan dengan pemotongan pita (pada titik S00°41’09.8” E100°10’54.2”) oleh Camat setempat sebagai tanda dimulainya gotong royong pembangunan jalur evakuasi yang panjangnya 1.145 meter. Jalur Evakuasi yang menghubungkan Manggopoh Dalam (Muhajirin) dan Binuang (Anshar) dalam kesehariannya dapat juga berperan sebagai penghubung kedua Korong dalam akses ekonomi, pendidikan dan juga silaturahim. Jalur evakuasi ini di fasilitasi oleh Mercy Corps dan mitra lokalnya Kogami.

Selesai pemotongan pita, kegiatan dilanjutkan dengan ritual mohon selamat. Pembacaan do’a-do’a dipanjatkan oleh “dukun”. Dalam ritual itu, jeruk lemon dijadikan salah satu media. Jeruk itu dipotong-potong, dilemparkan ke dalam air jernih kemudian dibacakan do’a dan diperas dan dicampur dengan dedaunan.

Penyembelihan ayampun dilakukan. Dalam budaya-budaya di Indonesia berdasarkan pengamatan saya, penyembelihan ayam adalah hal yang sering dilakukan dalam berbagai ritual budaya maupun keagamaan.

Selepas penyembelihan ayam, sang pemimpin ritual dibantu oleh seseorang berjalan sepanjang lintasan calon jalur evakuasi dan memercikan air yang tadi berisi perasan dan potongan jeruk serta dedaunan.


Pengetahuan Lokal/Kearifan Lokal Mendukung Upaya Pengurangan Risiko Bencana

Bagi sebagian masyarakat kota dan pakar manajemen bencana yang hanya berbasiskan tekhnologi modern menganggap pengetahuan lokal adalah sesuatu yang kuno dan tidak mungkin dijadikan upaya pengurangan risiko bencana.

Namun berdasarkan pengalaman, justru dengan memanfaatkan pengetahuan lokal/kearifan lokal akan meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana dan juga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana.

Tujuan pemanfaatan pengetahuan lokal diantaranya adalah menghapus persepsi masyarakat bahwa bila melakukan upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana berarti mengharapkan datangnya bencana, selain juga menyisipkan atau bahkan menghidupkan kembali budaya lisan atau tulisan yang mengandung upaya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.

Menurut Koen Meyers dan Puteri Watson, 2008, Tindakan menyiapkan sesaji (ritual-ritual budaya ataupun keagamaan) berguna untuk menanamkan kesadaran kolektif tentang risiko gempa (bencana) dan membuatnya tetap hidup dalam kesadaran masyarakat.1)

Belajar dari budaya lisan masyarakat Simelue, Siberut (Keduanya di Indonesia), Moken (Thailand), dan masyarakat di Kepulauan Solomon, justru budaya local mereka mampu menyelamatkan kaumnya dan juga bahkan menyelamatkan para wisatawan (Kaum Moken). Di daerah-daerah tersebut korban jiwa kebanyakan adalah mereka yang berasal dari luar (pendatang). Cerita rakyat yang ada dalam bentuk syair, lagu, dongeng, do’a atau jampi-jampi menyelamatkan mereka. Inti dari pesan itu adalah tentang “tujuh gelombang” di Kaum Moken, dan juga gelombang laut atau “smong” di Simelue, bila air laut tiba-tiba surut tanpa adanya pengaruh cuaca dan iklim, maka mereka harus segera menghindari pantai dan menuju perbukitan.

Belum lagi pengetahuan lokal mereka yang terkait dengan bangunan tradisional yang tahan akan gempa dan juga posisi pintu mereka yang mampu menjadi alat pantau apa yang terjadi disekitarnya.

Budaya yang selalu dihidupkan dengan berbagai cara itu telah menyelamatkan banyak jiwa.

Program Pengurangan Risiko yang dilaksanakan Mercy Corps ini juga mengadopsi pengetahuan lokal yang religi, yaitu menggunakan pendekatan Kaum Muhajirin dan Kaum Anshar, yaitu merujuk pada sejarah Nabi Muhammad SAW disaat Hijrah dari Mekkah ke Madinah. Kaum Muhajirin dalam program ini adalah masyarakat Manggopoh Dalam, sedangkan Kaum Anshar adalah Masyarakat Binuang. Masyarakt Manggopoh Dalam adalah masyarakat yang berada di daerah rawan bencana tsunami, sehingga bila ada ancaman tsunami maka mereka akan menuju Binuang, sebuah daerah aman dan masyarakatnyapun sudah siap menampung saudara-saudara mereka yang mengungsi.


Apasih Sebenarnya Pengetahuan Lokal Itu?

Berikut ini saya haturkan beberapa pendapat mengenai apa Pengetahuan Lokal itu.

Menurut Jennifer Baumwoll, 2008: Pengetahuan Lokal adalah cara-cara dan praktik-praktik yang dikembangkan oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari pemahaman mendalam mereka akan lingkungan setempat, yang terbentuk dari tinggal di tempat tersebut secra turun temurun. Pengetahuan Lokal yang berasal dari dalam masyarakat sendiri disebarluaskan secara non-formal, dimiliki secara kolektif oleh masyarakat bersangkutan, dikembangkan selama beberapa generasi dan mudah diadaptasi, serta tertanam di dalam cara hidup masyarakat sebagai sarana untuk bertahan hidup.

Menurut Rajib Shaw, 2008: Pengetahuan Lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu, dan mencerminkan cara hidup suatu masyarakat tertentu.

Sehingga, Pengetahuan itu sebenarnya mampu diaplikasikan atau diperkenalkan untuk diadopsi oleh masyarakat lain yang tentu saja harus ada beberapa penyesuaian dengan budaya lokal setempat dimana pengetahuan lokal itu akan diadopsikan. Dan ini akan banyak menemui tantangan.


Pustaka:
1) Kearifan lokal dalam Pengurangan Risiko bencana: Dongeng, Ritual, dan Arsitektur di kawasan Sabuk Gunung Api. 2008. BNPB.

Foto-foto milik Mercy Corps.


Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.

GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com

1 komentar:

  1. menginspirasi buat penelitian lanjutan study saya nih.. dulu saya hubungkan sastra lisan dgn konflik sosial. sekarang bisa hubungkan sastra lisan dgn pengurangan risiko bencana.

    ReplyDelete

Another Articles

Ready to Download

Silahkan Unduh Manual dibawah ini, bila dijadikan referensi mohon dicantumkan sumbernya.

Manual Mahir Memanfaatkan Peta Navigasi.net untuk Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah Instalasi dan memanfaatkan peta navigasi.net untuk GPS Garmin Map 76 CSx, ETrex Vista HCx dan Nuvi Series


Manual Mahir Garmin Map 76 CSx dalam 30 Menit

Manual singkat yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin Map 76 CSx


Manual Garmin HCx untuk Pemetaan Risiko Bencana

Manual yang berisikan langkah-langkah penggunaan GPS Garmin HCx untuk memetakan risiko bencana, dan juga berisi bagaimana mengolah data di MapSource setelah mendapatkan data GPS


Daftar Legenda dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan legenda-legenda yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Daftar Kebutuhan Pemetaan Risiko Bencana

Daftar yang berisikan keperluan-keperluan pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Daftar Istilah dalam Pemetaan Risiko Bencana

Berisikan istilah-istilah yang ada dalam manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko digunakan dalam memetakan risiko bencana


Kamus SIGaP/ Dictionary of PGIS

Berisikan istilah-istilah yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografis Partisipatif, keluaran PPGIS/IAPAD


Diagram Alur Pemetaan Risiko Bencana

Diagram alur pemetaan risiko bencana yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Hazard

Formulir Hazard/Ancaman yang biasa digunakan oleh PMI


Formulir Isian

Formulir Isian dalam pemetaan risiko yang biasa digunakan oleh PMI




Daftar di bawah ini merupakan Bab-bab yang ada dalam Buku Manual Sistem Informasi Geografis Partisipatif (SIGaP): Pemetaan Risiko yang dilakukan secara Partisipatif

Bab 2: GPS

Bab 2 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar GPS dan hubungannya dengan Risiko Bencana


Bab 4: Analisa Data

Bab 4 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana menganalisa data yang sudah didapat dalam pemetaan di lapangan oleh Sukarelawan PMI


Bab 5: Membuat Peta Tumpang Susun/Overlay, Peta Dinding, dan 3 Dimensi

Bab 5 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan bagaimana membuat peta tumpang susun, peta dinding, dan peta 3 Dimensi. Langkah ini merupakan langkah berikutnya setelah pengolahan data dengan MapSource


Bab 6: Google Earth

Bab 6 dari buku Manual SIGaP untuk Pemetaan Risiko, yang merupakan buku pertama dalam rangkaian buku Pemetaan Risiko. Berisikan dasar-dasar pemanfaatan Google Earth dalam pemetaan Risiko

Ready Downloaded List: Mapping Software

Download Google Earth
Google Earth Versi 6.2

Unggah Google Earth versi terbaru



Download MapSource Mutakhir MapSource software version 6.16.3

Tingkatkan MapSource anda dengan piranti lunak MapSource terbaru dari sumber aslinya



Up Date software unit Garmin Anda Up Date Software Garmin Anda

Tingkatkan Performa GPS Receiver Garmin anda dengan piranti lunak dari sumber aslinya

Reader