Ada yang bilang orang Indonesia banyak yang tidak bisa membaca peta, dan ada lagi yang bilang kaum hawa sebagian besar tidak bisa membaca peta. Benarkah demikian?
Nah tulisan berikut tidak membahas benar tidaknya mitos itu. Tulisan ini hanya membantu bagaimana kita membaca peta.
Untuk membaca sebuah peta kita harus melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Lakukan orientasi peta. Orientasi peta adalah proses awal untuk memahami sebuah peta sehingga kita dapat memperoleh gambaran tentang posisi-posisi yang ditunjukkan di dalam peta.
- Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan orientasi peta:
a. Perhatikan jenis peta apa yang digunakan menurut judulnya: apakah peta topografi (yang menggambarkan kondisi permukaan bumi), peta topologi, atau peta tematik yang menggambarkan suatu tema tertentu (misalnya peta daerah rawan bencana, peta pergerakan tanah, peta sebaran populasi penduduk, dll.).
b. Samakan arah utara peta dengan utara sebenarnya, Jika kita menggunakan kompas, kita dapat melihat arah utara yang sebenarnya dari arah jarum kompas. Jika tidak menggunakan kompas, berdirilah menghadap kira-kira ke arah utara yang sebenarnya.
c. Kenalilah tanda-tanda yang ada di dalam peta sesuai dengan legenda peta.
d. Tanda-tanda yang ada di dalam peta yang dapat kita kenali biasanya adalah:
i. Landmark, seperti tugu, patung, bangunan gedung, dll.
ii. Bentangan alam, seperti puncak gunung, sungai, pantai, teluk, tanjung, kemiringan tanah, lapangan terbuka, lahan perkebunan, dll.
- Perhatikan skala dari peta tersebut, sehingga kita dapat menghitung perbandingannya dengan jarak mendatar yang sebenarnya di lapangan.
3. Pada peta tematik, peran legenda sangat penting dalam menentukan atau menggambarkan suatu daerah tertentu menurut fungsi atau tema dari peta tersebut. Contoh peta tematik, misalnya adalah peta tumpang susun (overlay) yang dibuat oleh SIBAT. Kita bisa melihat daerah perumahan dari peta dasar yang ditumpang susunkan (overlay) dengan peta perumahan, atau kita bisa melihat sumber-sumber pendapatan masyarakat dengan menumpangsusunkan peta dasar dengan sumber-sumber kehidupan, bahkan kita bisa melihat jalur evakuasi dengan meng-overlay dengan jalur evakuasi yang telah dibuat.
Ada sebuah buku yang ditujukan untuk siswa/i SD, namun sering kami gunakan dalam pelatihan pemetaan saat membahas membaca peta. Buku tersebut adalah karya George Moore dan diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Sederhana namun terkadang membuat peserta pelatihan yang “telah dewasa” pusing dan kemudian terperangah setelah tahu kalau ternyata itu adalah buku untuk anak SD. Namun setelah itu banyak peserta yang menjadi faham dalam membaca peta, serta aware terhadap landmark, bentangan alam dan tanda-tanda lainnya.
Memang kami belum mengetahui bagaimana siswa/i SD yang menggunakan buku itu, apakah kesulitan atau tidak. Apakah ada Bapak/Ibu Guru SD yang telah menggunakan buku ini dan bagaimana hasilnya? Tolong infokan ke kami. Terima kasih. (Ujang & Edward M).
0 komentar:
Post a Comment