Urban Rescue: Kebutuhan Kota Besar di Indonesia

Indonesia terletak di sabuk gunung api (saat ini ramai disebut sebagai cincin gunung api – yah apapun sebutannya) sehingga gempa bumi dan gunung meletus kerap terjadi. Daerah kepulauan menyebabkan gempa bumi di lautan dapat memicu terjadinya tsunami, demikian pula letusan gunung api di lautan. Negara kepulauan inipun masih dibayangi ancaman bencana lain yang terkait dengan hidrometeorologi, misalnya bencana kekeringan, banjir dan tanah longsor.

Saat ini Badan Pemerintah (BNPB dan BPBD – Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah), lembaga penanggulangan pemerintah masyarakat sipil (misalnya PMI), LSM kegawatdaruratan (misalnya MER-C, Ambulans Gawat Darurat 118, dll) dan Perkumpulan-perkumpulan penyelamat lainnya (misalnya Jakarta Rescue) sudah banyak di Indonesia dan juga keterampilannya sudah meningkat. Namun menurut pengamatan penulis, masih ada keterampilan yang harus di asah dan ditingkatkan (bahkan dikenalkan)  yaitu Urban Rescue/U-SAR. Kenapa? Alasan utamanya adalah sebagian besar kota besar atau kota yang padat berada di jalur sabuk gunung api dan juga rentan terhadap banjir (baik banjir bandang atau genangan).

Bila gempa bumi terjadi di kota besar, kota berpenduduk padat dan kota industri maka risiko bangunan runtuh sangat tinggi – termasuk didalamnya risiko bagi mereka yang berada di dalamnya untuk tertimbun bangunan yang runtuh. Pengalaman yang baru terjadi di Jakarta yaitu “tsunami” di basement Plaza UOB akibat banjir yang menjebol tanggul di dekat Plaza UOB juga membutuhkan tanaga-tenaga Rescue yang memiliki klasifikasi U-SAR. Kenapa? Karena bila hanya mengandalkan keterampilan SAR air biasa maka belum cukup, karena si penyelamat harus memahami kontur dan kondisi gedung. Dan gedung yang memiliki basement di Indonesia sudah banyak.

Pertolongan banjir di luar gedung dengan banjir di dalam gedung memiliki karaklteristik tersendiri. Bentuk bangunan, banyaknya jaringan listrik, gelap, banyaknya ruang-ruang kecil dan komunikasi yang kemungkinan terputus dengan poskolap akibat kedapnya ruang bawah tanah bisa terjadi dan menganggu jalanya koordinasi dan komando penyelamatan. Nah ini semua memerlukan keahlian khusus dan personil yang terlatih dengan baik.

Demikianpula dengan bangunan yang runtuh. Tim penyelamat memerlukan keahlian khusus untuk bisa menjangkau penyintas/korban, memberikan pertolongan di ruangan yang kecil, pengap, berdebu dan gelap. Demikianpula pola pencarian penyintas, sangat-sangat berbeda dengan pola pencarian di gunung ataupun di lautan.

Di Indonesia, masih sedikit yang memiliki keahlian ini, mereka tersebar di Basarnas, Pemadam DKI Jakarta, Ambulans GD 118, dan PMI. Beberapa dari mereka terlatih dengan sistematik, dan lainnya tidak (biasanya karena organisasinya tidak mengembangkan keterampilan ini, dengan berbagai alasan). Basarnas saat ini sedang berupaya mendapatkan sertifikasi INSARAG untuk U-SAR.

Banda Aceh, Padang, DKI Jakarta, Bandung, DIY, Denpasar, Manado, Makassar, dll. memerlukan penyelamat-penyelamat berklasifikasi ini. Saya berharap ilmu ini dapat menyebar ke penyelamat-penyelamat lainnya sehingga mereka bisa mengamalkan ilmu tersebut demi menyelamatkan jiwa manusia.

Share Me Tweet Silahkan memberikan komentar anda mengenai tulisan ini disini, atau di boks dibawah tulisan ini, terima kasih.
View My Profile on  

GPS murah di sini, kontak: tracknavigate[at]yahoo[dot]com