Tikus Gajah aja Punya Mental Map
Beberapa hari yang lalu di Metro TV saya menonton acara “Fooled by Nature”, hewan yang menarik perhatian saya adalah tifus gajah atau singe.
Dalam acara itu terungkap bahwa singe memiliki memori peta mental yang sangat baik, apakah itu untuk mencari makan, pasangan hidup, maupun menyelamatkan diri.
Di padang rumput, Singe membuat jalur-jalur labirin untuk bertahan hidup. Banyak sekali jalur tersebut, walaupun kecil. Uniknya jalur labirin tersebut selalu bersih dari “kotoran” apakah itu ranting patah atau kerikil.
Bila suatu saat ada ancaman dari musuh bebuyutannya, burung elang, maka ia akan lari melintasi jalur yang paling singkat, tidak akan pernah nyasar. Kenapa? Berdasarkan penelitian, Singe memiliki pemahaman, pengetahuan dan ingatan yang baik dalam peta mental. Walaupun ia terkadang memotong jalur, namun ia akan tetap kembali ke jalur utama dan menuju sarang persembunyiannya. Berhasilkah ia menyelamatkan diri? Tergantung mana yang lebih cerdik, burung atau singe, hehehe.
Bagaimana dengan manusia? Berdasarkan pengalaman saya, masyarakat atau yang lebih kecil lagi, individu, memiliki peta mental untuk menyelamatkan diri bila terjadi bencana. Apalagi kalau ia hidup di daerah bencana.
Misalnya masyarakat di Kampung Melayu Jakarta, mengetahui jalan mana yang memiliki arus yang keras bila banjir dari sungai Ciliwung menyerang. Sudah tentu mereka pasti menghindari jalur itu untuk evakuasi. Tindakan ini bukanlah setelah ia mendapatkan pelatihan kesiapsiagaan bencana, namun sudah ada sejak lama. Walaupun jalan itu sering digunakan disaat normal.
Demikian juga masyarakat di Gunung Merapi, bukankah Mbah Maridjan menggunakan jalur aman untuk aktivitas dan letak rumahnya? Bisa jadi ini juga berdasarkan pengalamannya atau pengetahuan yang diturunkan oleh pendahulunya dan tertanam di otaknya dan menjadi peta mental. Untuk selanjutnya diturunkan atau disebarkan kepada yang lain. Pengetahuan itu biasanya dikenal dengan Indigenous Knowledge.
Sehingga peta mental dan pengetahuan lokal masyarakat harus digunakan sebagai rujukan dalam manajemen pengurangan risiko.
om, artikelnya double. pastenya jadi 2 kali.
ReplyDeletetikus gajah tu yang seperti apa ya?
bukan yang di got got ya?h