Memberikan dampak besarkah sebuah peta itu?
Atau hanya sebuah gambar apa adanya?
Pertanyaan ini sering saya hadapi disaat saya memberikan presentasi tentang pemetaan atau pelatihan pemetaan baik di PMI maupun di masyarakat.
Apa manfaatnya bagi masyarakat?
Contoh yang boleh dibilang baru dan masih hangat justru kejadiannya di Indonesia, di Porong Sidoarjo. Para korban Lumpur ini yang mendapatkan ganti rugi hanya yang ada dalam peta terdampak bencana. Akibatnya? Banyak masyarakat yang protes, banyak masyarakat yang dirugikan karena dia tidak masuk ke dalam peta. Sampai-sampai hal ini membuat menteri terkait beda pendapat. Koran tempo pernah memberitakannya. Menurut Kompas 27 Maret 2008, terdapat sembilan desa yang tidak masuk dalam peta.
Ada sebuah buku yang berjudul ”Maps are Teritories” karya David Turnbull. Ini juga memberikan bukti lagi bahwa peta bukan sekedar gambar sebuah atau beberapa daerah tanpa arti. Namun memiliki implikasi luas termasuk politik. Sampai-sampai ada buku yang berjudul ”How to Lie with Maps” buah tangan Mark Monmonier. (Buku-buku ini ada di Amazon.com silahkan klik yang ada dibawah ini).
Jadi masyarakat sebenarnya harus sadar akan pentingnya data-data pada peta, jangan sampai kita tidak bisa ikut pemilihan bupati karena ternyata rumah kita ada diluar kabupaten, padahal rumah kita itu berada dikabupaten yang bersangkutan sejak moyang kita, hehehe just kidding.
Pengalaman di PMI, untuk menentukan titik pembangunan MCK basisnya adalah peta risiko. Tidak akan dibangun sebuah MCK disuatu titik bila ternyata tidak sesuai dengan data pada peta risiko yang dibuat masyarakat, atau misalnya titik tersebut ternyata merupakan titik yang sulit diakses masyarakat atau ternyata bila datang banjir justeru yang pertama kali tenggelam.
Ada juga bukti betapa pentingnya peta. Pernah terima undangan pernikahan yang menyertakan peta tempat resepsi? Perhatikan dari 10 undangan ada 8 yang tidak memberikan informasi lokasi yang tepat. Sering justeru kita dibuat nyasar. Walah.
0 komentar:
Post a Comment